10.58

10.58

--

Johnson lahir di Jakarta. Sekolah di SMAN 14. Lalu kuliah di fakultas hukum Universitas Kristen Indonesia (UKI) Jakarta. Kampung halaman Bataknya masih jauh dari Balige.

Johnson sangat berpengalaman menangani perkara besar. Termasuk yang terkait dengan politik tinggi. Johnson adalah pembela Xanana Gusmao –yang setelah Timor Leste merdeka menjadi presiden negara itu.

Ia juga membela para terdakwa Republik Maluku Selatan (RMS) yang mendemo presiden SBY di Belanda dulu.

Mengapa makam itu perlu dijaga? "Menjaga kemungkinan ada yang merusak mayat Yosua," ujar Johnson.

Johnson tidak setuju kalau pengacara dinilai offside. "Yang disampaikan Pak Kamaruddin itu bagian dari strategi pembelaan," ujar Johnson –bapak dari dua putra dan satu putri.

Kamaruddin sendiri masih keluarga korban. "Yosua memanggil Kamaruddin tulang," ujar Johnson.

Kamaruddinlah yang mendampingi keluarga di Jambi. Yakni saat seluruh keluarga diperiksa di Polda Jambi.

Pemeriksaan terhadap keluarga korban itu sudah selesai. Ayah. Ibu. Bibi. Kakak. Adik. Pacar. Juga perawat yang menambah dosis formalin ke mayat. Pun seorang guru wanita yang memvideo jenazah Yosua: terlihat banyak sekali ditemukan luka janggal di tubuhnya.

Video itu kini beredar luas di medsos. Mayat itu pakai baju dinas lengkap. Paling luar jas tutup. Berkancing lima. Ketika kancing-kancing itu dibuka terlihat baju dinas warna cokelat. Dengan dasi terpasang rapi.

Pihak keluarga terlihat sulit membuka dasi itu. Lalu membuka baju dinas dari bawah. Terlihat jahitan sangat panjang. Mulai dari leher sampai jauh di bawah pusat. Itu adalah jahitan setelah bagian depan mayat dibedah untuk kepentingan otopsi di RS Polri Jakarta.

"Tapi lihat lehernya," kata Johnson. "Ada bekas jeratan. Dan ada lubang," ujar Johnson kepada Disway tadi malam. "Lihat juga posisi rahangnya sudah berpindah," tambahnya.

Makam itu di Sungai Bahar, sekitar 2 km dari desa Suka Makmur, rumah orang tua Yosua. Sungai Bahar adalah nama kecamatan di pedalaman Jambi.

Pemeriksaan atas keluarga korban itu sendiri dilakukan di lantai 2 gedung Polda Jambi. Total yang diperiksa sembilan orang. Selama 9 jam. Sampai pukul 21.30.

Pemeriksanya datang dari Mabes Polri. "Saya tiga hari praktis tidak tidur," ujar Kamaruddin kepada wartawan yang mencegatnya di lantai bawah gedung Polda Jambi.

Sehari sebelumnya para pengacara memang ke Mabes Polri. Sampai jam 02.00 dini hari. Di pertemuan itulah Mabes Polri menerima tiga pengaduan pengacara: pembunuhan berencana, pencurian tiga HP milik korban dan peretasan.

Sumber:

Berita Terkait