Krisis Sri Lanka Semakin Parah, Proyek IKN yang Sedot Biaya Triliunan Rupiah Harus Ditinjau Ulang

Krisis Sri Lanka Semakin Parah, Proyek IKN yang Sedot Biaya Triliunan Rupiah Harus Ditinjau Ulang

--

JAKARTA - Terusirnya Presiden Sri Lanka, Gotabaya Rajapaksa dari negearanya akibat krisis ekonomi perlu menjadi pembelajaran bagi negara-negara lainnya. Utamanya negara-negara di kawasan Asia, tanpa terkecuali Indonesia.

Krisis yang terjadi di Sri Lanka, terjadi karena buruknya kondisi perekonomian negara di Asia Tengah itu. Salah satu pemicunya karena utang luar negeri yang menumpuk.  

Memang terdapat banyak faktor yang mengakibatkan Sri Lanka ambruk. Tetapi Indonesia harus tetap berhati-hati saat mengeluarkan kebijakan yang berkaitan dengan ketahanan sektor ekonomi.

“Indonesia mesti berhati-hati. Kondisi global sedang tidak sehat. Perlu prudent,” kata Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera, Rabu (13/7).

Mardani juga mengingatkan pemerintah soal pembangunan infrastruktur Ibulota Negara (IKN) yang memakan uang negara banyak. Menurut mereka proyek ini perlu ditinjau ulang guna mengantisipasi ketahanan ekonomi nasional usai pandemi Covid-19.

“Proyek besar seperti IKN perlu ditinjau ulang. Arahkan anggaran dan program untuk jaga masyarakat. Setelah dihantam pendemi, ancaman inflasi dan resesi kian dekat,” tuturnya.

Untuk itu, anggota DPR RI Fraksi PKS ini meminta pemerintah untuk berhati besar dengan mengedepankan kepentingan rakyat yang berjangka panjang ketimbang memaksakan kehendak proyek IKN.

“Jadilah ayah yang punya hati dengan menjaga kepentingan rakyat,” pungkasnya.

Analisa serupa juga diungkapkan ekonom senior, Rizal Ramli. Memang kondisi ekonomi Indonesia yang relatif berkembang dibandingkan Sri Lanka yang biasa-biasa saja berbeda jauh.

Tetapi kebijakan ekonomi dan tabiat para pemimpin di Sri Lanka hampir sama dengan di Tanah Air. Pejabat di Sri Lanka gemar membangun proyek infrastruktur tanpa perencanaan yang jelas.

Ironisnya biaya pembangunannya bersumber dari utang luar negeri, yang berujung menumpuk hingga ambruk.

Ini yang juga terjadi di Indonesia. Analisa itu diungkapkan Mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Dr Rizal Ramli, dalam acara Talk Show bertajuk “Catatan Demokrasi” pada Selasa malam (12/7).

“Sri Lanka ekonominya biasa-biasa saja juga tidak terlalu berkembang. Tapi pemimpin-pemimpinnya sangat jorjoran, ugal-ugalan, untuk membangun proyek infrastruktur dibiayai oleh China dan akhirnya enggak mampu bayar, kolaps,” kata Rizal Ramli.

Ekonom senior yang akrab disapa RR itu mencontohkan proyek infrastruktur yang mangkrak dan merugi tersebut. Misalnya Pesiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa dibuatkan AirPort besar, begitu selesai bandara itu sepi pengunjung alias tidak ada isinya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: rmol