Low 100 Kilo

Low 100 Kilo

Di lain pihak tidak mungkin mengharapkan pemerintah mau membangun jalan di jalur itu, sepanjang itu, sekokoh itu. Membangun jalan Samarinda-Balikpapan saja 90 km perlu waktu 20 tahun. Padahal urgensinya jelas tinggi.

Bayan tentu sudah berhitung. Membangun jalan itu habis Rp 3 triliun. Tapi batu bara yang bisa lewat di atasnya lebih 30 juta ton setahun. Dengan harga batu bara USD 400/ton saat ini angka-angka di atas hanyalah angka.

Pun kalau juga harus membangun rel kereta api ke arah Sangatta. Batu bara yang bisa diangkut menjadi 60 juta ton/tahun. Tanpa biaya tongkang lagi. Tanpa biaya transhipment, memindah batu bara dari tongkang ke kapal besar di tengah laut.

Dengan kereta api batu bara bisa langsung ke pelabuhan laut. Batu baranya bisa dikucurkan langsung dari conveyor ke perut kapal. Masa tunggu kapalnya pun bisa lebih pendek. Lebih efisien lagi.

Batu bara milik perusahaan lain, dari lahan lain, juga bisa nunut di kereta api itu. Tinggal bayar tol ke Bayan.

Ke depan, Sungai Belayan menjadi bisa agak bernapas. Sungai Senyiur bisa bersiul-siul kembali. Dan sungai Mahakam bisa lebih teduh kembali. Siapa tahu ikan pesut, lumba-lumba air tawar itu, bisa kembali bersenam dansa di sepanjang hulu Mahakam. Pun sampai Senyiur. Dan ikan patin, jelawat, tidak perlu di kebun binatang lagi.

Datuk Low Tuck Kwong, SMA-pun tidak tamat. Tapi begitu banyak keputusan besar ia ambil dalam hidupnya. Pun ketika sudah berumur 74 tahun.

Umurnya panjang. Uangnya banyak. Saya lihat ia tidak merokok. Juga tidak minum baijiu saat makan hari itu.

Ikan patin ikan jelawat.

Ikan pesut kejar-kejaran

(... Please Pak Thamrin dan Aryo Mbediun meneruskannya).

Sumber: