Langgar Semua Garis Merah dan Status Quo Masjid Al Aqsa, Pawai Bendera Israel Dikecam

Langgar Semua Garis Merah dan Status Quo Masjid Al Aqsa, Pawai Bendera Israel Dikecam

Perdana Menteri Palestina, Mohammed Shtayyeh menegaskan pawai bendera Israel telah melanggar semua "garis merah" dan perjanjian internasional yang ada. Pawai bendera itu dilakukan oleh puluhan ribu orang ultranasionalis di Yerusalem, Minggu (29/5) lalu.

"Kemarin Israel telah melewati semua garis merah dan perjanjian internasional dengan agresi berulangnya terhadap Al Aqsa di Yerusalem. Ini mencoba memaksakan kenyataan yang tidak sejalan dengan status quo historis Masjid Al Aqsa," kata Shtayyeh, Senin (30/5), seperti dikutip Al Jazeera.

Pawai bendera yang dilakukan puluhan ribu orang Israel ultranasional itu untuk merayakan Hari Yerusalem. Yaitu yang menandai penaklukan Israel atas Yerusalem Timur yang diduduki dalam perang 1967 silam.

Israel kemudian mencaplok daerah itu, meski langkah tersebut tidak diakui secara Internasional. Setiap tahun, ribuan kelompok sayap kanan Israel berpartisipasi dalam pawai, mengibarkan bendera Israel dan menyanyikan lagu-lagu saat mereka melewati jalan-jalan sempit di kawasan Kota Tua.

BACA JUGA: Pawai Pemuda di Al Quds Hina Nabi Muhammad SAW, Uskup Agung Kristen Ortodoks: Israel Biadab

Sebagian besar orang yang mengikuti pawai adalah lelaki muda Yahudi Ortodoks. Mereka berkumpul di luar Gerbang Damaskus sembari meneriakkan slogan-slogan seperti "Matilah orang Arab", "Bangsa Yahudi hidup", dan "Biarkan desa Anda terbakar".

Setelah pawai, kelompok besar orang Israel menyerbu melalui lingkungan Palestina, menyerang penduduk serta properti mereka.

Pawai bendera itupun ditanggapi Uskup Agung Kristen Ortodoks di Al Quds, Atallah Hanna. Dia mengatakan apa yang terjadi di Al Quds adalah kejahatan keji terhadap orang-orang Palestina dan kota ini. Apalagi menghina Nabi Muhammad SAW.

“Para penjajah mencoba untuk mengklaim melalui pawai bahwa Quds adalah sebuah Kota Yahudi, benar-benar biadab,” tegasnya.

Hana menunjukkan bahwa Quds telah menjadi pusat penjajah untuk melindungi para pemukim Zionis. “Tidak peduli seberapa keras rezim pendudukan dan zionis mencoba melakukannya, tapi Al Quds akan tetap menjadi Kota Arab dan Palestina," tegas Uskup Agung Hanna.

Tokoh Kristen ortodoks Palestina itu menegaskan bahwa tanggung jawab membela Quds bukan semata-mata tanggung jawab rakyat Al Quds dan warga Palestina lainnya, tapi tanggung jawab seluruh bangsa Arab.

“Kami akan tinggal di Quds dan mereka tidak akan dapat merusak identitas kami dan keaslian akar Muslim dan Kristen kami, meskipun peluru dan gas air mata ditembakkan," paparnya.

Kelompok perlawanan Palestina telah berulang kali memperingatkan rezim Zionis tentang konsekuensi dari pawai bendera di Quds yang diduduki. (rmol/zul)

Sumber: