Tak Hanya Singapura, Pemerintah Singapura Sebut Hong Kong, Timor Leste, Inggris, Jerman, dan Swiss Juga Tolak
Ustaz Abdul Somad (UAS) ternyata telah berada di radar otoritas Singapura selama beberapa waktu. Pernyataan Pemerintah Singapura terungkap dari beberapa orang yang telah diselidiki terimbas paham radikalisasi usai menonton video dan mengikuti khutbahnya.
Sayangnya tidak disebutkan judul video yang dimaksud, termasuk kapan khutbah yang disampaikan UAS tersebut. Menteri Hukum dan Dalam Negeri Singapura, K. Shanmugam menyebut di antara mereka adalah seorang anak berusia 17 tahun yang ditahan di bawah Undang-Undang Keamanan Dalam Negeri, Januari lalu.
Remaja itu telah menonton ceramah YouTube UAS tentang bom bunuh diri, dan mulai percaya bahwa pelaku bom bunuh diri adalah martir. “Khutbah Somad memiliki konsekuensi dunia nyata,” ungkap K. Shanmugam kepada wartawan di Kantor Pusat Kementerian Dalam Negeri Singapura di Novena, Senin (23/5).
Shanmugam juga mengutip contoh-contoh terbaru dari pernyataan pendukung Somad yang telah diposting online sejak pengkhutbah itu ditolak masuk ke Singapura minggu lalu.
Ditambahkan Shanmugam, pendukung UAS telah membuat komentar yang menyerukan agar Singapura dibom dan dihancurkan. Sayangnya pernyataan itu segera dihapus oleh perusahaan induk Facebook, Meta.
Pesan itu bernada ancaman. “Kami akan mengirim pasukan pembela Islam untuk menyerang negara Anda seperti 9/11 di New York 2001, dan Kami juga akan mengusir warga Singapura yang berpura-pura transit dan tinggal di Indonesia”.
Komentar lain menyatakan, “Negara kecil, namun sangat arogan, hanya dengan satu rudal dan Anda selesai.”
Somad ditolak di perbatasan Singapura pada 16 Mei 2022 lalu atas apa yang menurut Shanmugam sebagai kebijakan Pemerintah Singapura. Ajaran ekstremis dan segregasionisnya tidak dapat diterima dalam masyarakat multiras dan multiagama Singapura.
Setelah Somad memublikasikan penolakannya untuk masuk, para pendukung onlinenya mem-spam halaman media sosial Presiden Halimah Yacob, Perdana Menteri Lee Hsien Loong dan beberapa pejabat dan lembaga politik lainnya, meninggalkan tagar seperti #SaveUstadzAbdulSomad.
Somad telah melakukan perjalanan ke Singapura dari Batam dengan 7 orang lainnya, tetapi dibawa ke kapal kembali ke pulau Indonesia setelah diwawancarai oleh petugas imigrasi di Terminal Feri Tanah Merah.
Shanmugam menegasakan Pemerintah Singapura mencatat statmen UAS terkait operasi kesyahidan yang sah. Mereka juga mencatat bahwa UAS telah membuat pernyataan yang sangat menghina dan merendahkan tentang Kekristenan, dengan mengatakan “roh-roh kafir” hidup di salib.
“Somad juga telah melabeli bahwa non-Muslim tidak boleh menerima non-Muslim sebagai pemimpin mereka, dengan mengatakan non-Muslim dapat berkonspirasi untuk menindas Muslim dan "menggorok leher mereka,” jelas Shanmugam dikutip Disway.id dari straitstimes.com.
"Bahasanya, retorikanya, seperti yang Anda lihat, sangat memecah belah sama sekali tidak dapat diterima di Singapura,” katanya.
“Kerukunan ras, agama, kami menganggap (ini) mendasar bagi masyarakat kami dan sebagian besar warga Singapura menerima itu,” timpalnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: