Setelah Felix Siauw, UAS yang Masuk Daftar Penceramah Radikal Bicara dan Mengaku Terdampak

Setelah Felix Siauw, UAS yang Masuk Daftar Penceramah Radikal Bicara dan Mengaku Terdampak

Setelah Felix Siauw bersuara soal daftar penceramah radikal, giliran Ustaz Abdul Somad (UAS) yang buka suara.

Nama penceramah ini memang kembali jadi perbincangan hangat usai masuk dalam daftar penceramah intoleran yang tidak disarankan diundang.

Setelah namanya jadi perbincangan hangat, Abdul Somad secara tak terduga blak-blakan ungkap fakta terkait pengalaman ia berceramah.

Ia mengaku di beberapa tempat dihadang, bahkan sampai visa di luar negeri ikut dibatalkan.

Hal itu diungkapkan Abdul Somad saat berkunjung ke YouTube Refly Harun, yang diunggah pada pada Kamis (10/3). 

"Saya ini di beberapa tempat dihadang. Visa-visa saya di luar negeri dicancel. Visa entry yang sudah dapat dibatalkan. Ada yang dibatalkan di airport, ada yang sudah sampai sana disuruh pulang, di beberapa tempat," kata Ustaz Abdul Somad.

Abdul Somad lantas lontarkan candaan jika saat diundang berdialog dengan Refly Harun bisa membersihkan namanya. Namun menurutnya namanya makin hitam usai dikelompokkan ke dalam orang yang melawan.

"Saya berharap dengan dialog dengan Refly Harun itu memperbaiki, memutihkan nama saya, tapi nampaknya petang ini malah makin hitam. Karena pikir saya akan dikelompokkan dalam orang yang melawan," ujar UAS.

Di sisi lain, Istana akhirnya buka suara terkait nama-nama penceramah radikal yang tersebar melalui pesan berantai di WhatsApp. 

Ada dua nama ustaz yang jadi perhatian publik, yakni Ustaz Abdul Somad dan Ustaz Felix Siauw. 

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden (KSP) Rumadi Ahmad memastikan, daftar nama-nama penceramah radikal itu bukan berasal dari pemerintah. 

"Saya tidak tahu dari mana asalnya. Yang jelas pemerintah tidak pernah menyebutkan soal nama (Ustaz radikal)," tegas Rumadi dalam siaran pers, di Jakarta, Rabu (9/3) dikutip dari Fin.co.id. 

Dia meminta masyarakat tidak terpancing dengan informasi yang belum jelas sumbernya.

Namun begitu, dia menekankan bahwa pernyataan Presiden Joko Widodo terkait penceramah radikal, yang disampaikan saat rapat pimpinan TNI-Polri, merupakan hal faktual dan bukan mengada-ada. (ima/rtc)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: