Andesit Wadas Nilainya Rp2 Triliun Lebih, Politisi Gerindra: Pantes Saja Maksa Banget Ditambang

Andesit Wadas Nilainya Rp2 Triliun Lebih, Politisi Gerindra: Pantes Saja Maksa Banget Ditambang

Tambang batu andesit di Desa Wadas Kecamatan Bener Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, ternyata memiliki kekayaan yang melimpah dan sangat menggiurkan. Tidaklah mengherankan jika ada yang ngotot untuk mengeruknya.

Menurut Ketua Umum (Ketum) Federasi Serikat Pekerja BUMN Bersatu, Arief Poyuono, harta kekayaan batu andesit di Desa Wadas paling sedikit ditaksir senilai 140 juta dolar AS atau Rp2.008.354.755.784,06 (kurs 1 dollar AS = Rp1.4345,39)

Ditambahkan Arief yang juga anggota DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra, nilai taksirannya itu didapatkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Gubernur Jawa Tengah Nomor 543/30 tahun 2017 tentang Penetapan Harga Patokan Penjualan Mineral Bukan Logam dan Batuan.

SK  yang diteken Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo itu menyebutkan harga andesit di Kabupaten Purworejo senilai Rp70 ribu per meter kubiknya. Dengan asumsi setiap tahun naik Rp10 ribu, artinya hari ini harganya Rp120 ribu per meter kubik.

"Bendungan Bener itu sendiri membutuhkan 16,9 juta meter kubik, ya dikali saja itu, itu kalau dikali jadi dolar itu sekitar 140 juta dolar," ujar Arief.

Diungkapkan Arief, pada 2018 lalu di SK Gubernur Jawa Tengah juga tidak tercantum Desa Wadas Kecamatan bener yang telah memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP).

"Pantes saja maksa banget andesit di Wadas ditambang padahal masyarakat Wadas nolak. Total 140 juta dolar. Nggilani (edan) yooo," pungkas Arief kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu sore (20/2).

Sejak 8 Februari lalu gejolak penolakan terjadi di Desa Wadas. Ratusan aparat yang terkesan mengepung warga di desa tersebut mendapat perlawanan dari masyarakat setempat.

Saat itu tim dari BPN akan melakukan pengukuran tanah yang akan dijadikan lokasi tambang batu andesit. Warga yang melawan pun diamankan oleh aparat kepolisian. Tidak tanggung-tanggung, lebih dari 60 orang sempat diamankan.

Hingga hari ini sebagian masyarakat setempat masih terus menyuarakan perlawanan terhadap aktivitas tambang Andesit di desanya. (rmol/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: