Bebas Nilai, Wayang Tidak Sekedar Tontonan Tapi Juga Laku Tuntunan

Bebas Nilai, Wayang Tidak Sekedar Tontonan Tapi Juga Laku Tuntunan

Wayang hakekatnya adalah media seni yang bebas nilai. Sampai kemudian dalang memberikannya peran yang menentukan apakah ia berkarakter baik atau buruk. 

Sejak dulu wayang bahkan sudah merefleksikan kehidupan dan karakter manusia. Karakter ini kerap digambarkan melalui bentuk, raut muka, warna, hingga corak pada wayang.

Pernyataaan tersebut disampaikan Bupati Tegal Umi Azizah saat menghadiri pelantikan pengurus Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi) Kabupaten Tegal masa bakti 2022-2027 di Pendopo Amangkurat, Selasa (15/2).

Lewat sambutannya, Umi menuturkan, di tangan seniman dalang, pergelaran wayang bisa menjadi pertunjukan yang menarik. 

Tidak hanya menarik sebagai sebuah tontonan, tetapi wayang juga juga bisa memberikan laku tuntunan bagi masyarakat.

Saat mengikuti pertunjukan wayang kulit, terlihat bahwa persoalan kehidupan manusia juga tergambar lewat kisah pewayangan. Dan persoalan manusia ini juga mirip-mirip di pewayangan, hanya beda ruang dan waktunya saja. 

"Jika kisah wayang ini ditelaah lebih jauh, maka di sana akan ada pilihan solusi ala wayang yang tidak jauh dengan apa yang kita butuhkan saat ini,” kata Umi.

Menurutnya ada rekaman peradaban yang bisa dipelajari dari setiap kisah pewayangan. Itulah sebabnya, substansi wayang dinilai selalu relevan di segala zaman. 

Sehingga Umi pun berpesan, Pepadi bisa merangkul lebih banyak generasi muda untuk mengenalkan warisan budaya tak benda yang sudah diakui Unesco ini.

“Pepadi sebagai organisasi pedalangan yang menghimpun potensi dalang dan seni pedalangan ini sangat diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam melestarikan dan mengembangkan seni pedalangan dan wayang, khususnya di kalangan generasi muda untuk nguri-uri kabudayan jawi,” pesannya.

Umi memandang tidak semua orang bisa memahami wayang, terutama generasi muda. Kendala bahasa dan durasi pertunjukannya yang kerap dilakukan semalam suntuk cenderung sudah tidak relevan dengan ritme kehidupan anak muda masa kini.

Sehingga berbagai terobosan perlu ditempuh agar regenerasi wayang bisa tetap berjalan. Estafet kecintaan antargenerasi terhadap seni pedalangan dan pewayangan harus terus bergulir. 

Salah satunya seperti yang dicontohkan almarhum Ki Enthus Susmono Bupati Tegal periode 2014-2019. Wayang santri sebagai ikonnya ataupun gagrak wayang kulit yang dibawakannya di luar pakem justru menciptakan warna baru pada dunia seni hiburan wayang di nusantara.

“Mungkin untuk menemukan pengganti mereka sebagai maestro dalang seni wayang dari Kabupaten Tegal tidaklah mudah, meskipun peluang untuk itu tetap ada, karena saya melihat dalang-dalang cilik yang mulai banyak bermunculan selain para penerusnya yang sudah eksis di dunia seni pewayangan seperti Ki Haryo Susilo, Ki Sri Widodo, Ki Carito dan lainnya,” kata Umi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: