Minyak Goreng Susah Dicari, Arif Poyuono: Kok Kang Mas Jokowi Gak Kepikiran Negara Punya Pabriknya?
Kelangkaaan dan harga minyak goreng masih menjadi persoalan yang belum terselesaikan hingga saat ini. Padahal pemerintah sudah menggelonorkan subsidi.
Yakni dengan menjual minyak goreng murah, yang digelontorkan melalui pasar-pasar modern, swalayan, mal, dan pasar tradisional. Namun hingga kini, justru minyak goreng dikeluhkan masyarakat susah didapatkan.
Politikus Gerindra Arief Poyuono menyebut salah satu BUMN, yakni PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) atau PTPN adalah salah satu penghasil Crude Palm Oil (CPO). Ini yang membuat Arief heran terhadap Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang tak berinisiasi agar negara memiliki pabrik sendiri.
"Kok Kang Mas Jokowi gak kepikiran negara punya pabrik minyak goreng. Padahal PTPN salah satu penghasil CPO-ya," kata Arief, Selasa (15/2).
Meskipun pemerintah mengklaim stok minyak goreng dengan harga eceran tertinggi (HET) baru Rp 11.500-14 ribu per liter, namun kenyataannya sulit didapatkan.
Arief merasa miris karena Indonesia sebagai penghasil CPO terbesar di dunia, memiliki harga minyak goreng yang mahal, bahkan produknya sendiri pun langka.
"Coba negara punya pabrik minyak goreng ya, tentu bisa terkendali tuh harganya," ungkap Arief.
Arief yang merupakan Ketua FSP BUMN Bersatu itu yakin dengan keberadaan pabrik minyak goreng di Indonesia dapat mengendalikan harga bahan pokok tersebut di pasaran sehingga dia menyarankan agar CPO PTPN diolah menjadi pabrik minyak goreng.
"CPO PTPN diolah menjadi pabrik minyak goreng dan dijual murah agar terjangkau. Itulah kenapa BUMN harus ada,” tegas Arief.
Sementara itu, kebijakan pemerintah yang selalu berubah-ubah soal tata niaga minyak goreng, menyebabkan pabrik produsen minyak goreng di Kabupaten Tegal tutup sementara.
Pabrik di Jalan Pantura KM 4 Kelurahan Dampyak Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal bahkan sudah mulai menghentikan produksinya beberapa hari lalu.
Padahal, perusahaan ini merupakan produsen minyak curah yang memasok ke pasaran di Jawa Tengah, Jawa Barat, dan DIY. Selain memasok minyak curah, perusahaan ini juga mulai memproduksi minyak goreng kemasan.
Ini dilakukan setelah pemerintah melarang penjualan minyak goreng curah mulai 1 Januari lalu. Direktur PT Soegiarto Gemilang Tangguh (SGT) Tegal, Anthony Hartono mengatakan pabrik minyak goreng yang dikelolanya terpaksa menghentikan produksi.
Alasannya, karena kebijakan yang dikeluarkan pemerintah terkait minyak goreng masih berubah-ubah. Utamanya kebijakan terbaru, yakni menurunkan harga minyak goreng menjadi Rp11.500 per liter untuk minyak goreng curah dan Rp13.500 per liter untuk minyak goreng kemasan sederhana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: