Harta Karun Desa Wadas? Kata Ahli Geologi Batu Andesit Tidak Istimewa, Tapi Bagus untuk Bangunan
Soal batuan andesit yang disebut-sebut sebagai salah satu harta karun di tanah Desa Wadas Kecamatan Bener, Purworejo, Jawa Tengah, ditanggapi ahli geologi. Adalah Danny Hilman, ahli geologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menanggapinya.
Menurut Danny, batuan andesit memang batuan yang bagus, tetapi tidak istimewa. "Tidak ada yang istimewa tentang andesit selain memang bagus dan biasa dipakai untuk bangunan," kata Danny.
Ditambahkannya, masalah di Wadas adalah masalah sosial, politik, ekonomi serta hukum. Danny menjelaskan batuan andesit merupakan produk gunung berapi, seperti sebagian besar batu penyusun Candi Borobudur.
"Sebagian besar iya (andesit digunakan untuk menyusun Candi Borobudur). Produk gunung api di Indonesia memang kebanyakan andesit, jarang yang berkomposisi granit, seperti di Bangka Belitung," ujar Danny.
Adapun berdasarkan informasi dari laman geology.com, kata andesit berasal dari nama Pengunungan Andes di Amerika Selatan. Andesit merupakan bagian dari keluarga batuan beku ekstrusif yang biasanya berwarna abu-abu terang hingga gelap.
Batuan andesit biasanya ditemukan di gunung berapi tepatnya di atas batas lempeng konvergen. Batu itu kerap ditemukan di aliran lava yang dihasilkan gunung berapi di atas zona subduksi.
Lava yang terkena suhu permukaan kemudian bakal cepat mengeras dan membentuk batuan beku, termasuk batu andesit. Sebelumnya, warga Wadas melakukan penolakan terhadap penambangan batu andesit untuk proyek stategis nasional (PSN) Bendungan Bener sejak 2016.
Pada Selasa (8/2) kemarin, ratusan aparat kepolisian dengan senjata lengkap melakukan pengawalan terhadap pengukuran lahan di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo.
Sebelumnya salah seorang warga Desa Wadas, Mukti mengungkapkan rasa terima kasih kepada Gubernur jawa Tengah (Jateng), Ganjar Pranowo yang kembali datang ke desanya untuk mendengarkan keluhan warga, Minggu (13/2) kemarin.
Dia juga mengizinkan Ganjar untuk datang lagi dan menginap di rumah warga. "Tentu kami mengizinkan, kalau Pak Ganjar mau datang dan menginap di desa kami," ucapnya.
Mukti juga mengapresiasi Ganjar yang mau datang sendirian ke desanya untuk mendengarkan cerita dari warga. "Kami senang, karena pak Ganjar mau datang sendiri, tanpa pengawalan dan mendengarkan cerita dari masyarakat secara langsung,” kata Mukti.
Dia juga mengapresiasi, Ganjar yang mau meminta maaf atas kejadian saat pengukuran tempo dulu. “Kami sebagai masyarakat, menjunjung tinggi dan menghormati iktikad baik Pak Ganjar. Kami memaafkan beliau, tapi dengan syarat mencabut izin penambangan," pungkasnya. (jpnn/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: