Menjauhkan NU dari PKB, Gus Yahya Dinilai Pengamat Bangun Kemesraan dengan PDIP
Saat perayaan Harlah 96 tahun NU yang digelar PDIP, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf dinilai tengah menjauhkan NU dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan membangun kemesraan dengan PDIP.
Hal ini seperti dikatakan pengamat politik Dedi Kurnia Syah yang menganalisa, keputusan politik Gus Yahya sejak terpilih ketua umum seperti menguatkan arah politik menjauhkan NU dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Di sisi lain, kata Dedi, Gus Yahya justru seperti mulai membangun kemesraan dengan PDIP.
Apalagi, kalau merujuk pada struktur PBNU periode 2022-2027, kader Megawati Soekarnoputri mendapat tempat yang strategis.
Ia menyayangkan sikap Gus Yahya yang seolah menihilkan PKB dari NU. Sebab, dengan begitu partai afiliasi Islam akan makin terpecah belah.
"Jika memang ada orientasi politik PBNU menihilkan PKB dalam pilihan politik kadernya, tentu disayangkan, karena parpol afiliasi Islam semakin terpecah belah," demikian kata Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO) Dedi Kurnia Syah, Minggu malam (13/2).
Menurut Dedi, dengan sikap politik Gus Yahya menjauh dari PKB akan membuat PBNU periode saat ini dianggap akan mudah terjebak pada pragmatisme politik.
Bahkan bisa saja publik menganggap kepemimpinan Gus Yahya dalam 5 tahun mendatang akan dipandang mudah diintervensi oleh kepentingan politik praktis.
"Bagi PBNU sendiri ini bisa saja kurang baik, karena akan dianggap sebagai organisasi Islam yang mudah terintervensi politik praktis di luar kemandiriannya," pungkas Dedi.
Dikutip dari RMOL, pernyataan PDIP bukan hanya partner yang disampaikan Gus Yahya dinilai memiliki makna politik yang mendalam.
Gus Yahya mengatakan bahwa NU memandang PDIP sebagai senyawa perjuangan dalam membangun kemaslahatan bangsa dan negara. (Rtc/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: