Pernyataan Kepala BNPT soal Pesantren Bikin Resah Masyarakat, DPR: Terburu-buru Harusnya Selidiki Dulu

Pernyataan Kepala BNPT soal Pesantren Bikin Resah Masyarakat, DPR: Terburu-buru Harusnya Selidiki Dulu

Pernyataan Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar yang menyebut ada 199 pesantren terafiliasi terorisme dianggap meresahkan masyarakat. Akibat pernyataan itu, Ketua Komisi VIII DPR RI Yandri Susanto pun marah.

Yandri menegaskan pernyataan Boy Rafli Amar sangat tidak etis. Pasalnya, hal tersebut belum terbukti apakah benar sejumlah pesantren tersebut terpapar paham teroris atau hanya dugaan.

“Terburu-buru, seharusnya diselidiki dulu kebenarannya, jangan buat masyarakat resah,” kata Yandri, Selasa (1/2).

Pernyataan Boy Rafli tersebut, sebut Politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu, membuat stigma buruk bagi pesantren. “Terjadi sekarang justru pesantren mendapatkan stigma negatif seakan-akan berkaitan dengan teroris,” ucapnya.

Kendati demikian, Yandri meminta Boy Rafli menyelidiki kebenaran 199 pesantren yang terafiliasi jaringan terorisme tersebut. Sebelumnya, BNPT mencatat sedikitnya 199 pondok pesantren terafiliasi dengan sejumlah organisasi teroris.

Baik dalam dan luar negeri termasuk ISIS. Hal itu disampaikan Kepala BNPT, Komjen Boy Rafli Amar dalam rapat dengan Komisi III DPR, Selasa (25/1). Namun, Boy Rafli Amar tak mengungkap lebih lanjut terkait identitas atau nama pesantren yang dimaksud.

“Kami menghimpun Ponpes kami duga terafiliasi dan tentunya ini juga merupakan bagian upaya-upaya dalam konteks Intel pencegahan yang kami laksanakan di lapangan,” katanya sebagaimana dikutip dari pojoksatu.id.

Boy mengungkap, dari total 199 pesantren tersebut, 11 di antaranya terafiliasi dengan jaringan organisasi teroris Jamaah Anshorut Khilafah (JAK). 68 pesantren terafiliasi dengan Jemaah Islamiyah (JI), dan 119 terafiliasi dengan Anshorut Daulah atau simpatisan ISIS.

Selain pesantren, BNPT, Boy juga memetakan sejumlah rumah singgah di daerah yang diduga milik jaringan teror. Rumah tersebut tersebar di beberapa daerah di Jawa Barat seperti Depok, Karawang, dan Cilacap.

Di Kota Depok, BNPT ada rumah singgah terafiliasi kelompok teror yang turut mengelola a10 kontrakan, kendaraan, dan tiga unit usaha makanan hingga toko herbal.

Kemudian, Cikampek, Karawang, rumah singgah milik kelompok teror mengelola sedikitnya 30 kontrakan. Tujuh unit kendaraan, dan dua unit usaha sembako dan konveksi pakaian.

Lalu di Cilacap, Jawa Tengah, rumah singgah tersebut mengelola tiga kontrakan dan beberapa unit kendaraan bermotor. Rumah singgah tersebut juga terdeteksi berada di kawasan Solo, dengan mengelola model usaha serupa. (muf/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: