Lima Pemainnya Dipanggil Shin Tae-yong, Azrul Ananda: Keberatan kalau Terus Diambil Paling Banyak
Jelang laga kedua uji coba Internasional FIFA melawan Timor Leste, Timnas Indonesia dikritik Presiden Persebaya, Azrul Ananda, Minggu (30/1). Azrul menyoal agenda timnas yang kerap berbarengan dengan bergulirnya Liga 1 sangat merugikan klubnya.
Ada lima pemain Persebaya yang dipanggil Shing Tae-yong saat menghadapi Timor Leste dua kali 27 dan 30 Januari di Bali. Akibatnya, kekuatan Persebaya pun tereduksi begitu besar.
Dipanggilnya lima pemain Persebaya ke Timnas Senior, menjadikan Bajul Ijo sebagai klub terbanyak yang menyumbangkan pemainnya.
Apalagi Ernando Ari, Rizky Ridho, Rachmat Irianto, Marselino Ferdinand, dan Ricky Kambuaya merupakan pemain inti yang selalu diturunkan sebagai starter. Bahkan Marselino dan Ricky merupakan pilar utama yang bermain di posisi sama.
Persebaya pun harus putar otak, dengan memainkan Samsul Arif serbagai gelandang serang, yang biasanya ditempati Marsel dan Ricky. Padahal sejatinya Samsul Arif adalah seorang striker.
”Di satu sisi, kami bangga pemain-pemain muda binaan Persebaya jadi andalan dan selalu jadi pilihan di timnas. Di sisi lain, kami tentu keberatan dan menolak kalau terus menerus pemain kami yang diambil paling banyak,” kata Azrul Ananda.
Azrul pantas khawatir, bulan depan dikabarkan enam pemainnya akan dipanggil timnas Indonesia untuk Piala AFF U-23. Mereka adalah lima pemain timnas saat ini, kecuali Ricky. Plus Akbar Firmansyah dan Koko Ari Araya.
Enam pemain itu semuanya di bawah 23 tahun, namun sudah menjadi andalan Persebaya. Padahal, agenda Piala AFF U-23 akan berlangsung hampir sebulan penuh, mulai pemusatan latihan hingga final pada 24 Februari.
Kalau benar enam pemain Persebaya itu dipanggil memperkuat timnas Piala AFF U-23, maka akan menjadi bencana bagi Bajol Ijo. Februari hingga Maret adalah masa-masa paling krusial dalam perebutan gelar juara.
”Ini menunjukkan lemah dan timpangnya sistem sepak bola di Indonesia. Karena justru mempenalti dan merugikan tim-tim yang justru melakukan investasi dan pembinaan dengan baik,” kecam Azrul.
”Sementara klub lain dengan mudah mengambil saja pemain-pemain naturalisasi dan minim investasi di pembinaan. Harus ada jalan keluar lebih baik mengenai masalah fundamental sistem sepak bola di negara kita ini,” lanjutnya.
Persebaya memang punya pembinaan pemain muda yang rapi. Dana besar miliaran rupiah digelontorkan untuk kompetisi internal Persebaya. Kompetisi itu dari tahun ke tahun melahirkan pemain kaliber nasional.
Marsel adalah fenomena terbaru. Ia adalah jebolan klub internal Persebaya yang masih berusia 17 tahun. Namun, sudah menjadi andalan di tim senior.
Sebelumnya, Rachmat Irianto juga menjadi langganan timnas. Pada musim 2018, Rian bahkan hanya bermain sekali satu musim untuk Persebaya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: