Lebih Baik PTM Distop Dulu, Ahli Epidemiologi: Jangan Nunggu Kasusnya Meledak
Pemerintah disarankan menghentikan proses pembelajaran tatap muka (PTM) 100 persen, setidaknya hingga Maret mendatang. Alasannya, penularan Covid-19 varian Omicron di Tanah Air kian meningkat.
Permintaan itu diungkapkan epidemiolog Dicky Budiman, Senin (24/1). Dicky memperkirakan pada awal bulan depan akan terjadi peningkatan kasus anak yang terinfeksi Covid-19 yang ada di rumah sakit
"Ketika gelombang Omicron terjadi di Afrika Selatan, kita bandingkan, di sana sekolah langsung libur, ditutup," ujar Dicky saat dihubungi RM.id Senin (24/1).
Dia berpendapat, penutupan sekolah itu merupakan salah satu faktor yang berkontribusi terhadap melandai dan terkendalinya penyebaran varian Omicron.
Afsel, segera menutup sekolah ketika varian Omicron pertama kali dideteksi pada November 2021. Mereka menutup sekolah pada 9 Desember 2021 hingga 19 Januari lalu.
Sekarang, gelombang Omicron di sana mengalami penurunan tajam, dan nampaknya bakal diumumkan telah berakhir di seluruh negeri dalam beberapa hari ke depan.
"Karena sekolah ditutup, artinya orang mengantar sekolah juga tidak ada. Aktivitas lain juga tidak ada. Karena kalau anak tidak sekolah itu aktivitas jauh berkurang, sehingga gelombang (Omicron) tidak terjadi," ucap Epidemiolog Griffith University Australia ini.
Dicky kemudian membandingkan dengan Amerika Serikat dan Inggris yang tetap membuka sekolah. Malah, di dua negara itu, pemakaian masker tidak diwajibkan. Akibatnya, terjadi ledakan kasus Omicron.
"Di negara yang dilakukan penutupan sekolah, kasus melandai lebih cepat. Namun yang tetap membuka sekolah, ledakannya lebih hebat. Dan kasus infeksi Omicron pada anaknya banyak sekali," bebernya.
Di Australia sekolah ditutup sejak Desember. Meski begitu kasus infeksi dan kematian pada anak tetap terjadi, walau hanya satu. "Tapi, sewaktu varian Delta merebak justru tidak ada kematian," imbuhnya.
Kasus harian Covid-19 secara global menunjukkan adanya peningkatan infeksi pada anak-anak. Pada 22 Januari, ada 5.424 anak usia 0-4 tahun yang terinfeksi virus ini. Sementara usia 5-9 tahun, mencapai 17.112.
"Di Afrika Selatan saja yang ditutup (sekolahnya) banyak (kasus), apalagi yang nggak seperti Inggris dan Amerika. Kematian dan kesakitannya jauh lebih besar," tegas Dicky.
Hal ini yang dikhawatirkan Dicky akan terjadi di Indonesia, jika PTM tidak dihentikan. "Saya hargai, hormati keputusan pemerintah yang tetap menggelar PTM. Tapi sebagai akademisi saya harus terus mengingatkan. Ini kewajiban, saya ingatkan, ini berbahaya," ingatnya.
Menurutnya, esensi dari strategi kesehatan masyarakat (public health) adalah memberikan peringatan. Kemudian, tindakan awal untuk pencegahan. Jika respon dilakukan ketika kasus infeksi pada anak sudah meningkat, kata Dicky, momennya sudah telat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: