Gus Karno
Bung Karno begitu manusiawi di lukisan-lukisan itu: saat menunggu Megawati dilahirkan, saat ban mobilnya kempis, saat sungkem di depan ibunya. Banyak lagi.
"Selama pandemi saya mempekerjakan 27 orang tukang. Belum termasuk pematung dan pelukis," katanya.
Bu Mega sudah pernah ke museum itu. Demikian juga Presiden Jokowi. Bahkan Presiden minta beberapa copy dokumen terkait Pancasila dan pidato Bung Karno ke Gus Marhaen. Sudah dikirim ke Istana: berupa sederetan buku merah dijilid rapi. Panjang deretan buku itu 1 meter lebih. Deretan buku
merah itu kadang terlihat di video kalau presiden memberi keterangan ke publik.
Gus Marhaen memang putra tokoh yang sangat dekat dengan Bung Karno: Shri Wedastera Suyasa. Waktu Bung Karno sudah diasingkan ke Wisma Yaso, Wedastera masih bisa menemui Bung Karno.
Padahal penjagaan begitu ketat. Itulah saat-saat Bung Karno paling menderita batin: status resminya masih presiden tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Bung Karno lagi menjalani karantina politik –agar tidak mengganggu penguasa baru.
Jenderal Soeharto saat itu sudah menjadi presiden bayangan. Masih
perlu proses politik untuk menjadi presiden yang resmi.
Di akhir masa pemerintahan Bung Karno, Wedastera menjadi anggota DPR-GR. Ia menjabat ketua Fraksi Partai Nasional Indonesia –kelak menjelma menjadi PDI-Perjuangan.
Di Bali, Wedasetra mendirikan Universitas Marhaen. Kini namanya menjadi: Universitas Mahendradatta.
Perubahan nama itu akibat politik juga: Orde Baru berusaha menghilangkan apa pun yang berbau Bung Karno. Kalau mau selamat, nama Universitas Marhaen harus diganti.
Nama Mahendradatta pun dipilih. Masih bisa ada bau Marhaen –kalau dipaksakan. "Huruf-hurufnya, bila ditukar-tukar, masih bisa berbunyi: data-data Marhaen," ujar Gus Marhaen. "Data apa pun tentang Bung Karno, Pancasila, dan Marhaenisme ada di Universitas Mahendradatta," ujarnya.
Gus Marhaen kini menjadi Ketua Dewan Pembina di yayasan yang menaungi Mahendradatta. Yakni sejak ayahnya meninggal dunia lebih 10 tahun lalu.
Nama Mahendradatta dipilih juga karena dia nama istri Raja Udayana –yang kelak menjadi raja juga menggantikan suami.
Di tangan Ratu Mahendradatta kerajaan semakin jaya. Dan yang membuat orang Bali memuja Mahendradatta adalah: dialah yang melahirkan Airlangga. Kelak, Airlangga bukan saja menjadi raja besar. Juga dipercaya sebagai penjelmaan dewa Wisnu di muka bumi.
Nama resmi Airlangga: Rakai Halu Sri Lokeswara Dharmawangsa Airlangga Ananta Wikramat Tunggadewa.
Lahir tahun 990. Di Bali.
Ratu Mahendradatta sendiri adalah anak Empu Senduk, Kediri. Entah bagaimana bisa jadi istri Raja Udayana nun jauh. Punya anak Airlangga pula: jadi raja besar kerajaan Kahuripan, dekat muara Sungai Brantas –kemungkinan besar di selatan Sidoarjo.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: