Gaya Hidup Minim Sampah Digalakkan, Sekda Kabupaten Tegal: Terutama Plastik

Gaya Hidup Minim Sampah Digalakkan, Sekda Kabupaten Tegal: Terutama Plastik

Dinas Lingkungan Hidup mulai menggandeng remaja untuk memulai gaya hidup minim sampah. Hal itu untuk mengatasi isu persampahan yang kian pelik, khususnya plastik. 

Sekda Tegal Widodo Joko Mulyono, Jumat (10/12) mengatakan, gerakan mengajak generasi muda untuk hidup seminim mungkin dengan sampah plastik dinilai bakal berdampak besar jika dilakukan secara konsisten oleh banyak orang. Karena salah satu pilar yang dibangun melalui gerakan Kabupaten Tegal Merdeka Sampah adalah menerapkan gaya hidup minim sampah. 

"Setiap individu warga negara memiliki tanggung jawab yang sama untuk mengendalikan produksi dan mengurangi sampahnya secara benar dan berwawasan lingkungan," katanya. 

Dari konsep tersebut, tambah Widodo, diharapkan akan lahir gaya hidup baru minim sampah, terutama plastik yang kini paling banyak digunakan sebagai alat kemasan. Pandemi Covid-19, turut memicu lonjakan produksi sampah plastik karena untuk perlindungan makanan dan minuman dari kontaminasi virus. Namun di sisi lain, hal tersebut justru menciptakan ledakan baru volume sampah plastik yang masuk ke tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah. 

"Saya mengajak peserta mengurangi penggunaan material plastik seperti kantong kresek untuk berbelanja, kemasan botol minuman plastik sekali pakai, hingga sedotan plastik," tambahnya.

Dirinya mengajak peserta menjadi pelopor perilaku sadar lingkungan dengan membawa tas belanja sendiri, membawa botol air mineral yang dapat digunakan kembali, membawa tempat makan yang bisa digunakan kembali. Usahakan pula untuk makan dan minum di tempat, tidak dibungkus dan dibawa pulang.

Gaya hidup minim sampah tersebut kiranya harus digaungkan, dicontohkan dan dikampanyekan lewat media sosial dengan mengunggah status, pesan bergambar pilah sampah serta pesan-pesan lingkungan hidup lainnya. 

Setiap hari bisa mengunggah tips kebiasaan belanja maupun kuliner yang minim menghasilkan sampah. Dari ini, follower atau pertemanan di media sosial akan bisa melihat dan mempraktikannya. (guh/ima)

Sumber: