Bahasa Teknik
Saya sudah ke dua stadion tersebut. Masih baru. Dan keren. "Saya juga sudah ke sana," ujar Iwan. "Lewat online" tambahnya seraya tertawa.
Tentu saya juga meninjau dalamnya. Termasuk ruang VVIP yang dipasangi kaca anti peluru. Tim keamanan kepresidenan sudah melakukan pengecekan tingkat keandalannya.
Jogging track sekeliling stadion yang di atas atap itu belum selesai. Saya ingin ke sini lagi bulan depan. Ingin tahu seperti apa. Lebarnya saja 3 meter. Panjangnya sekeliling stadion: hampir 2 km.
Membangun stadion ini penuh tantangan. Terutama bagaimana menggusur lebih 600 KK di situ. Yakni mereka yang tinggal di bangunan liar di sepanjang rel kereta api itu.
Mereka sudah pergi. Sudah bersih. Yang 135 KK dibuatkan rumah susun di dekat stadion. Mereka akan bekerja di stadion itu. Sisanya pilih mencari tempat tinggal sendiri-sendiri.
Saat saya di situ sedang dilakukan tes lampu yang menyorot ke lapangan hijau. Juga sedang ada tes sistem suara: saya terhibur. Banyak lagu diputar keras. Termasuk Indonesia Raya dan lagu-lagu Barat.
Tantangan selalu menghasilkan ide baru. Dalam hal teknik ide baru cenderung lebih bisa diterima. Mereka, dari kampus mana pun, bisa berdiskusi dengan bahasa yang sama: bahasa teknik.
Tulisan ini saya persembahan untuk para insinyur di proyek itu. Yang telah membuat literatur hidup untuk siapa pun —khususnya mahasiswa dan dosen di fakultas teknik. (*)
Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar di http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: