Hadiah Natal
Di kelas Ethan terlihat menggambar. Ada gambar pistol semi otomatis. Ada peluru-peluru. Terlihat satu siswa tergeletak terkena dua tembakan. Banyak darah tumpah di gambar itu.
Di tengah gambar itu Ethan menulis kata-kata menarik. ”Pikiran tidak akan berubah, tolonglah saya”. Ada juga: ”Darah ada di mana-mana”. Lalu: ”Hidup saya tidak berguna”. Ada lagi: ”Dunia sudah mati”.
Guru pun melapor ke pimpinan sekolah. Ethan dipanggil. Disuruh membawa gambar itu. Sampai di ruang pimpinan, gambar itu diperlihatkan. Tapi sudah dicoret-coret. Untuk menutupi tulisan-tulisan di situ. Agar tidak terbaca lagi.
Tapi sang guru sudah sempat merekam gambar aslinya. Ethan tidak bisa menghindar.
Ayah Ethan, James Crumbley dipanggil. Tidak terungkap apa yang dibicarakan di ruang pembinaan itu. James hanya mengatakan akan membawa anaknya untuk dikonsultasikan dalam 48 jam ke depan.
James pulang. Ethan kembali ke kelas.
Tengah hari adalah jam makan siang di sekolah itu. Ethan terlihat menuju toilet. Sendirian. Sesaat kemudian terdengar suara tembakan dari depan toilet. Satu siswa tewas.
Ethan lantas menuju lorong sekolah. Sambil terus menembakkan pistolnya. Para siswa lari masuk kelas. Beberapa siswa mencoba bersikap tenang: ditembak beneran. Di kepala. Atau di dada.
Total ada lebih 20 tembakan dilancarkan Ethan. Di magasinnya masih banyak peluru aktif. Siswa yang buru-buru masuk kelas langsung menutup pintu. Lalu mengganjal pintu dengan meja-meja. Mereka pun sembunyi di bawah meja. Begitulah latihan yang diberikan kepada siswa. Peristiwa penembakan di sekolah bukan barang baru di Amerika. Siswa pun dilatih untuk menghadapinya. Mereka menerapkan apa yang pernah dilatihkan.
Dalam dua menit polisi tiba di sekolah itu. Ethan menyerah. Tanpa terjadi tembak-menembak. Ethan menuruti perintah polisi untuk melemparkan senjatanya.
Seketika itu juga berita tersiar luas. Ayah Ethan, tahu semua itu dari berita media. Demikian juga mama Ethan, Jennifer.
Agak lama kemudian James, ayah Ethan, menghubungi 911. Ia mengatakan kemungkinan besar pelaku peristiwa itu anaknya. Senjata yang ia simpan di laci tidak ada.
Jennifer, sang mama, langsung mengirim WA ke HP anaknyi itu. ”Mama tidak marah kepada kamu. Tapi carilah cara agar tidak ketahuan,” tulisnyi. Tentu pesan itu tidak sempat terbaca oleh sang anak. Polisilah yang membacanya. Pukul 13.20 Jennifer kirim WA lagi: ”jangan lakukan itu”. Mungkin kalimat seperti itu sengaja dibuat seperti itu agar terlihat sang mama sudah berusaha mencegah.
Tapi pada jam seperti itu penembakan sudah lama berlalu. Ethan sudah berada di tangan polisi.
Hari ketiga setelah menembakan, mulailah polisi mengaitkan dengan orang tua Ethan. Mulai ada indikasi bisa saja papa-mama Ethan ikut jadi tersangka.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: