Baru 94,3 Juta Orang Divaksin Dosis Kedua, Muncul Virus Omicron yang Katanya Lebih Ganas
Program vaksinasi COVID-19 hingga kini masih terus berjalan. Hingga, Minggu (28/11), jumlah warga Indonesia yang telah menerima vaksin dosis lengkap baru mencapai lebih dari 94,3 juta jiwa.
Sementara itu, jumlah penerima vaksin dosis pertama yang tercatat sebanyak 410.618 jiwa. Total jumlah penerima vaksinasi dosis pertama kini menjadi 138.530.231 jiwa.
Sedangkan untuk total vaksinasi dosis ketiga mencapai menjadi 1.224.868 orang. Pemerintah berencana memvaksinasi sebanyak 208.265.720 juta orang.
"Suntikan dosis pertama vaksin COVID-19 sudah diberikan pada 61,98 persen dari total 208.265.720 warga yang menjadi sasaran vaksinasi COVID-19," kata Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Minggu (28/11).
Pemenuhan target suntikan dosis pertama di Indonesia telah menembus 66,52 persen. Sedangkan, dosis kedua 45,30 persen. Selanjutnuya dosis ketiga 131,08 persen dari target sasaran.
"Pemenuhan dosis lengkap untuk kelompok tenaga kesehatan telah mencapai 2 juta lebih dosis. Lansia 7,2 juta lebih dosis, petugas publik mencapai 20,9 juta dosis. Kemudian, tenaga pendidik 2,3 juta dosis dan masyarakat rentan dan umum mencapai 44,8 juta dosis," paparnya.
Dosis lengkap untuk kelompok usia 12-17 tahun mencapai 14 juta lebih dosis. Sementara vaksinasi Gotong Rotong untuk dosis lengkap mencapai 1,1 juta lebih.
"Vaksinasi dua dosis berikut penguatan protokol kesehatan dan monitoring mobilitas penduduk menggunakan aplikasi PeduliLindungi diharapkan cukup menangkal gelombang lanjutan COVID-19 di Indonesia," bebernya.
Sementara itu Guru Besar Paru FKUI Profesor Tjandra Yoga Aditama mengatakan virus B 1.1.529 diberi nama Omicron, setelah resmi dikelompokkan dalam kategori VOC bersama Alpha (B 1.1.7), Beta (B 1.351), Gamma (P1), dan Delta (B 1.617.2).
Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini menyatakan varian VOC memiliki karakteristik lebih mudah menular dan menyebabkan penyakit yang lebih parah.
Selain itu, varian ini secara signifikan mengurangi netralisasi antibodi, mengurangi efektivitas pengobatan, vaksin atau diagnosis medis lainnya.(rh/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: