Krisis Chip

Krisis Chip

Oleh: Dahlan Iskan

INI tebakan saya. Kalaupun meleset, itulah harapan saya: mereka berdua membicarakan krisis chip.

Ternyata tidak. Presiden Joe Biden memang bertemu Presiden Xi Jinping. Kemarin pagi, waktu Beijing. Atau kemarin malam, waktu Washington DC.

Itulah tatap muka mereka yang pertama —meski hanya lewat kamera— sebagai presiden. Rupanya dua orang itu sudah saling kangen. Pertemuan tersebut sampai empat jam lamanya.

Menurut yang tersiar luas, agendanya lebih banyak membicarakan apa yang Anda sudah tahu: perlindungan hak cipta, nuklir, senjata, ekonomi, Taiwan, Xinjiang, dan perubahan iklim.

Tidak ada hasil yang nyata —yang disiarkan ke media. Tapi, juga tidak ada pertengkaran baru. Keduanya, bahkan, sepakat untuk terus menjaga saling pengertian.

Mereka juga sepakat jangan sampai ada konflik. Biden mengatakan, kedua negara memang bersaing. Tapi, sebaiknya bersaing secara lugas saja.

Tidak terlihat masalah krisis chip sempat dibahas. Padahal, semula, dugaan saya, justru krisis semikonduktor itulah yang akan mendominasi pembicaraan.

Krisis chip itu sudah membahayakan ekonomi dua negara. Juga, ekonomi seluruh dunia.

Sejak Biden menjadi presiden, 10 bulan lalu, sebenarnya mereka sudah dua kali saling menyapa. Lewat telepon. Tapi, baru sekarang secara khusus ”tatap muka” —meski secara virtual.

Kedua presiden sudah sama-sama kenal secara baik. Secara pribadi. Yakni, sejak mereka masih sama-sama menjabat wakil presiden. Mereka pernah pergi ke Tibet bersama —yang waktu itu masih sesensitif Xinjiang sekarang.

Tibet, kala itu, juga punya problem separatis, masalah agama, dan perlakuan pada minoritas. Dalam hal agama, di Tibet menyangkut Buddha, di Xinjiang Islam.

Mereka tidak hanya saling kenal. Xi Jinping menyebut Biden sebagai teman lama. Belum pernah terjadi: dua pemimpin dunia menggunakan waktu bersama lebih lama dari Jinping-Biden.

Di Tibet mereka pun makan malam bersama. Di ketinggian 6.000 meter. Dalam suasana yang lebih rileks.

Sumber: