Kabupaten Tegal Peringkat ke-2 Angka Pengangguran se Jateng, Namun Kemiskinan Rendah

Kabupaten Tegal Peringkat ke-2 Angka Pengangguran se Jateng, Namun Kemiskinan Rendah

Kabupaten Tegal menduduki peringkat ke-2 angka pengangguran se Jawa Tengah setelah Kabupaten Brebes.

Namun, angka kemiskinan di Kabupaten Tegal dengan jumlah penduduk sebanyak 1,5 juta jiwa itu, justru rendah.

Plt Kepala Bappeda dan Litbang Kabupaten Tegal Muhammad Faried Wajdy, Sabtu (30/10) mengatakan, pada 2019 lalu, angka pengangguran hanya 8,21 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Tegal yang mencapai sekitar 1,5 juta jiwa. Sedangkan tahun 2020, angkanya naik menjadi 9,82 persen.

"Pengangguran di Kabupaten Tegal peringkat kedua setelah Kabupaten Brebes di Jateng," katanya.

Angka kemiskinan di Kabupaten Tegal tahun 2020 naik menjadi 8,14 persen dari 7,64 persen di tahun sebelumnya. Angka tersebut relatif bagus karena menduduki rangking ke-10 dari 35 kabupaten/ kota di Jateng. Padahal, seharusnya jika pengangguran tinggi, maka angka kemiskinan juga tinggi.

"Banyak orang menganggur, tapi tidak miskin. Ini kondisi ubnormal,” tambahnya.

Kondisi ini, lanjut Muhammad Faried, disebabkan karakteristik pengangguran di Kabupaten Tegal masuk kategori pemilih. Artinya, mereka memilih pekerjaan sesuai dengan keahliannya. Bukan hal yang buruk, karena pengangguran di kabupaten itu memiliki kapasitas dan kemampuan di bidang masing-masing.

Dirinya mencontohkan, pabrik konveksi membuka lowongan kerja sekitar 12 ribu orang, tetapi yang mendaftar hanya 2 ribu orang.

Sedangkan, pabrik otomotif membuka peluang kerja hanya 500 orang, tetapi yang mendaftar lebih dari 2 ribu orang. Ini sebagai PR untuk semua pihak, yakni menarik investor luar kota yang sesuai dengan karakteristik pengangguran di Kabupaten Tegal.

Sejumlah ini, para lulusan SMK banyak yang melamar pekerjaan ke kota-kota besar, seperti Jakarta yang perusahaannya sesuai dengan bekal saat belajar di sekolah.

Pemkab Tegal harusnya kembali ke program Pertiwi, yakni fokus di Pertanian, Industri dan Pariwisata. Tiga sektor inilah yang mampu menyerap banyak tenaga kerja, meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengurangi kemiskinan.

Sektor pertanian dinilai lebih kebal terhadap pandemi Covid-19. Sektor ini memberi kontribusi positif saat pandemi dengan mengalami pertumbuhan 2 persen. Dengan kontribusi itu, pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Tegal minus 1,4 persen.

Sedangkan di wilayah kota yang tidak memiliki sektor pertanian mengalami minus sekitar 2 persen. Sedangkan sektor yang sangat berdampak saat pandemi, yakni perdagangan, industri dan transportasi.

Sektor pertanian juga memberi kontribusi penyerapan tenaga kerja sekitar 20 persen. Namun, masih lebih tinggi sekitar 50 persen di sektor jasa. Sektor pertanian ini mengalami pergeseran dalam hal kontribusi terhadap pendapatan daerah.

Sumber: