Sudah Saatnya untuk Berubah dalam Belajar dan Mengajar di Sistem Pendidikan Kita
Ruang kelas formal akan digantikan oleh area belajar yang memungkinkan individu, kelompok kecil atau kelompok yang lebih besar untuk berkolaborasi secara tatap muka atau secara virtual dalam suatu pembelajaran.
Di era digital sekarang ini, di mana saja, kapan saja belajar semakin mudah untuk terhubung dengan jangkauan global. Dunia informasi ada di ujung jemari siswa dengan mengklik tombol dan siswa mengembangkan pembelajarannya. Teknologi menjadi faktor pendorong dan keharusan dalam pembelajaran untuk memastikan siswa melengkapi keterampilan pada teknologi yang menciptakan ruang tanpa batas di mana pembelajaran dapat terjadi, dengan siapapun dan dimanapun dengan melakukan pembelajaran virtual dengan siswa lain dari seluruh dunia.
Di samping perubahan dalam mensetting ruang kelas, perubahan juga pada bagaimana cara belajar dan pengajaran. Seperti profesi lawyer, dokter, psikolog dan profesi lainnya.
Profesi pendidik harus demikian, perubahan harus kita lakukan, ketika pola pengajaran kemarin dengan satu model pengajaran dan pembelajaran kita anggap sangat cocok untuk semua siswa di ruangan kelas perlu kita tinggalkan dan saya rasa tidak akan memiliki tempat dalam agenda untuk pendidikan di masa depan.
Peran guru atau pendidik akan lebih menjadi fasilitator pembelajaran dan siswa akan lebih mengontrol pengalaman belajarnya.
Pola-pola yang sudah kita lakukan seperti semua siswa melakukan pekerjaan yang sama terlepas kita mengetahui kemampuan atau keterampilannya berkontribusi pada perilaku yang buruk dan hasil yang buruk misalnya, plagiarism (menjiplak) dan cheating (menyontek) serta adanya kemungkinan setiap siswa untuk belajar dengan kecepatan yang paling sesuai dengan kemampuannya untuk terlibat dengan konten yang paling bermanfaat baginya.
Kombinasi adanya pengumpulan bukti dan umpan balik dari orang tua, siswa, bahkan dengan profesi lain akan memungkinkan rencana ini dapat diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan.
Dalam memaksimalkan potensi kemajuan siswa atau individu tetap menggunakan elemen pembelajaran yang dipimpin seorang guru/pendidik, yang selalu terhubung dengan media digital online dan untuk ruang kelas masa depan memfokuskan pada keterlibatan siswa dalam pembelajaran, pendekatan berbasis inquiri, rasa ingin tahu, imajinasi, dan desain pemikiran.
Pernyataan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makariem terkait dengan peghapusan Ujian Nasional (UN) menjadi trending topic di linimasa media sosial pada waktu itu. Pernyataan menteri tersebut menjadi perdebatan yang cukup panjang dan menjadi narasi pro-kontra di ruang publik. Menteri pendidikan dan kebudayaan menggantikan UN dengan asesmen kompetensi minimum dan survei karakter sebagai tolok ukur pendidikan Indonesia. Alasan penghapusan UN karena UN dianggap kurang ideal untuk mengukur prestasi belajar. Materi UN juga terlalu padat, sehingga cenderung berfokus pada hafalan, bukan kompetensi. UN belum menyentuh ke aspek kognitifnya, lebih kepada penguasaan materi. UN juga belum menyentuh karakter siswa secara holistik. Kebijakan kemendikbud tersebut menjadi perbincangan yang cukup panjang di ruang publik karena berkaitan dengan masa depan pendidikan di Indonesia. Terlepas dari pernyataan pro dan kontra tersebut, cukup banyak masyarakat dan para pendidik yang mendukung penuh terhadap kebijakan penghapusan UN tersebut. Karena sebagian masyarakat banyak yang terbebani dengan UN.
Dalam perjalanan pendidikan kita, UN di berbagai wilayah di Indonesia diselenggarakan sebagai suatu formalitas belaka dan banyak juga yang menyelenggarakan UN dengan ketidakjujuran dan sangat tidak efektif dan efisien dimana UN hanya menunjukkan siapa yang di atas dan siapa yang di bawah. Penilaian di masa depan akan berbasis bukti, menggunakan langkah-langkah yang memungkinkan rencana pembelajaran disusun dan dipersonalisasi.
Mengapa kita menilai dan untuk siapa? Tentunya kita menginginkan masyarakat di mana setiap orang mampu melakukan pekerjaan dan elemen-elemennya dengan kompeten. Apakah ujian benar-benar mempersiapkan kita untuk masa depan ini ?.
Pengajaran dan pembelajaran selalu berkembang dan akan terus berlanjut, dan seiring dengan perubahan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan masa depan, peran seorang guru atau pendidik juga harus beradaptasi dengan kondisi seperti ini.
Setiap guru atau pendidik bertanggung jawab untuk memberdayakan siswa untuk mengambil risiko, menjadi inovatif, dan memanfaatkan setiap peluang yang ada.
Mengingat pergeseran menuju pengalaman pembelajar yang lebih personal, guru masa depan harus siap menjadi pengumpul data, serta analis, perencana, kolaborator, pakar kurikulum, penyintesis, pemecah masalah, dan peneliti.
Salam Pedagogi. (*/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: