Bonus Demografi Harus Dijadikan Modal Indonesia untuk Tumbuh dan Tangguh

Bonus Demografi Harus Dijadikan Modal Indonesia untuk Tumbuh dan Tangguh

Indonesia akan menghadapi bonus demografi beberapa tahun ke depan. Karenanya sejumlah pihak berharap hal itu bisa dijadikan momentum untuk membangun negara agar semakin tumbuh dan tangguh.

Tekad itu diungkapkan Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Jawa Tengah, Widwiono melalui Koordinator Bidang Advoaksi Komunikasi dan Edukasi, Farida Sumarlin di Balai Desa Bulakpacing Kecamatan Dukuhwaru Kabupaten Tegal, Senin (27/9).

Menurut Farida, sosialiasi penguatan pendataan keluarga dan kelompok sasaran bangga kencana bersama mitra ini sangat penting dilakukan sebagai bagian edukasi dan komunikasi. Utamanya terhadap percepatan vaksinasi Covid-19 yang saat ini tengah digencarkan pemerintah.

“Ada beberapa isu yang harus diantisipasi mulai dari sekarang. Utamanya terkait dengan bonus demografi yang akan terjadi di negara kita,” ungkap Farida.

Bonus demografi, papar Farida, akan menjadi komponen yang kian memperkuat kondisi dan nilai tawar Indonesia. Karenanya, dengan perkembangan zaman yang kian modern dan digital ini, sumber daya manusia (SDM) harus benar-benar disiapkan dan keluargalah sumber utamanya.

Hal senada disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (P3AP2KB) Kabupaten Tegal, Elliya Hidayah. Melalui sambutan tertulis yang dibacakan Sekretaris P3AP2KB, Pambudi, Elliya mengatakan, saat Pemkab Tegal juga sedang melakukan berbagai cara untuk mengurangi angka stunting.

“Targetnya tentu saja mengikuti target nasional, yang di 2024 mendatang bisa ditekan menjadi 14 persen. Saat ini angka stunting secara nasional mencapai 27,6 persen,” ungkapnya.

Di Kabupaten Tegal, rinci Pambudi, balita penderita stunting ada di 10 dari 18 kecamatan. Dinas P3AP2KB optimis bisa mengurangi angkanya di bawah 12 persen, antara lain dengan melakukan kegiatan pembinaan dan promosi pengasuhan 1.000 hari pertama kehidupan (HPK) kepada ibu hamil (bumil) dan keluarga baduta di lokasi stunting.   

Selain itu juga pembinaan kepada kelompok pusat informasi dan konseling remaja (PIK-R). Ini dilakukan untuk mencegah pernikahan usia dini. “Harapannya keluarga sadar untuk menikahkan anaknya di usia 21 tahun untuk anak perempuan dan 25 untuk laki-laki.”  

Sedangkan Anggota Komisi IX DPR RI, Dewi Aryani mengingatkan kembali pentingnya percepatan vaksinasi Covid-19, untuk keluarga-keluarga di Kabupaten Tegal. Menurutnya, untuk mencapai target pembentukan kekebalan komunal (herd immunity), keluarga memegang peranan paling penting.

“Itulah kenapa saya keliling ke seluruh Kabupaten Tegal untuk melakukan vaksinasi. Di sini peranan kepala desa menjadi kunci percepatan upayanya,” tandas politisi yang akrab disapa DeAr itu.

Selain pembentukan kekebalan komunal, rinci DeAr, 75 desa di Kabupaten Tegal juga akan mulai melakukan rintisan upaya ekonomi kerakyatan. Setiap desa diberi kebebasan untuk mengembangkan usaha-usaha ekonomi kemasyarakatan sesuai dengan karakteristik warga dan wilayahnya masing-masing.

Jika upaya ini berhasil, ke depannya jumlah desa-desa yang akan menerima bantuan pembangunan ekonomi kerakyatan akan ditambahi. Selain itu, juga tengah digagas sentra buah-buahan di seluruh desa yang akan dikolaborasikan dengan BUMDes di tiap-tiap desa. (muj/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: