Begini Perbedaan Enam Vaksin Covid-19 yang Saat Ini Beredar di Masyarakat

Begini Perbedaan Enam Vaksin Covid-19 yang Saat Ini Beredar di Masyarakat

Terdapat beberapa perbedaan pada setiap jenis vaksin yang beredar di masyarakat. Ada enam vaksin yang kini beredar di masyarakat.

Semuanya dibuat oleh para produsen dengan menggunakan beberapa cara yang berbeda. Ini dilakuan untuk menghasilkan vaksin yang dapat menjamin mutu kesehatan masyarakat.

“Bedanya dari segi vaksinnya sendiri selain produsennya. Tentunya pendekatan pembuatan vaksin ini juga berbeda-beda,” kata Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 dan Duta Perubahan Perilaku, dokter Reisa Broto Asmoro di Jakarta, Senin (20/9).

Dia menyebut untuk vaksin Sinovac dan Sinopharm, para produsen menggunakan virus yang dimatikan. Sedangkan AstraZeneca dan Johnson and Johnson dibuat dengan menggunakan pendekatan viral vector (virus hasil rekayasa genetika, Red).

Berbeda dengan vaksin dengan merek Pfizer dan Moderna yang dibuat berdasarkan Messenger RNA (mRNA) yang dimiliki oleh suatu virus. “Yang berbeda pula adalah jarak atau interval suntikannya. Yaitu antara dosis pertama dengan dosis kedua juga berbeda-beda,” terang Reisa.

Vaksin Sinovac dan Moderna memiliki jarak waktu 28 hari atau empat minggu untuk kembali mendapatkan suntikan kedua. Sementara AstraZeneca diberikan jarak 12 minggu untuk suntikkan dosis selanjutnya.

Sedangkan Sinopharm dan Pfizer membutuhkan jarak 21 hari untuk vaksinasi kedua. Vaksin Johnson and Johnson tidak memiliki jarak interval. Karena hanya akan diberikan satu kali penyuntikkan.

“Yang berbeda lagi dari segi penyimpanannya. Khusus untuk vaksin Moderna dan Pfizer, karena berbeda dengan jenis vaksin lainnya, maka suhu vaksin yang berbasis mRNA harus sesuai dengan ketentuan. Yakni disimpan dalam freezer atau harus beku dengan suhu minus 80 derajat Celcius,” tuturnya.

Meski vaksin berasal dari berbagai macam produsen, Reisa menegaskan semua vaksin yang diedarkan aman dan dapat memberikan perlindungan kepada masyarakat.

Harapannya, setelah mengetahui perbedaan pada setiap jenis vaksin itu, masyarakat tidak lagi memilih suatu jenis vaksin tertentu.

"Ini agar cepat disuntikkan supaya Indonesia segera dapat membentuk kekebalan kelompok (herd immunity). Semakin cepat divaksinasi, semakin cepat pula terlindungi,” pungkasnya. (rh/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: