Vaksin Itu Lagi
Sering definisi membuat kita terbelenggu.
Tapi saya juga setuju kehati-hatian jangan sampai dikorbankan. Uji coba fase 1 adalah tempatnya. Yang fokus pada efek samping. Tim Vak-Nus sendiri menyebut hasil uji coba fase 1 di Semarang itu sukses. Artinya tidak ada efek samping tertentu –yang dikategorikan bisa membuat izin uji coba fase 2 ditolak. Misalnya: ada yang sakit keras, atau sampai tidak bisa berjalan, atau sakit yang sampai diopname.
Bahwa Vak-Nus itu efektif melahirkan imunitas atau tidak itulah yang akan dikerjakan di fase 2. Begitulah memang prosedur penelitian.
Saya pun kembali membaca copy surat BPOM yang beredar luas di medsos itu. Soal efek samping tidak disinggung sama sekali. Kesan saya, BPOM sendiri sudah tidak mempersoalkan lagi soal efek samping.
Yang dipersoalkan justru efektivitas Vak-Nus –yang penilaian ini harusnya dilihat dari hasil uji coba fase 2 nanti.
Baiknya tim Vak-Nus segera membuat surat klarifikasi ke BPOM. Kan hanya itu yang diminta. BPOM sama sekali tidak menutup pintu uji coba fase 2. Tidak ada di surat BPOM itu yang berisi menolak permintaan izin uji coba fase 2.
Toh tim Vak-Nus merasa bisa mengklarifikasi semua hal yang dipersoalkan BPOM. Yang telak adalah soal: relawan yang tidak menunjukkan berhasil memiliki imunitas itu. Juga soal munculnya imunitas di tiga relawan. Yang disebutkan, sebelum uji coba pun relawan tersebut sudah memiliki imunitas.
"Sama sekali bukan seperti itu. Kami sudah melakukan klarifikasi," ujar tim Vak-Nus.
Bahkan tim Vak-Nus akan melangkah lebih jauh. "Kami setuju kalau hasil uji coba fase 1 dibuka saja untuk umum," tambahnya. "Sedang kami persiapkan," katanya.
Nama Vaksin Nusantara sendiri ternyata muncul belakangan. Awalnya Dokter-jenderal Terawan, yang memelopori terobosan ini, memberinya nama Vak-Nas –Vaksin Nasional.
Vak-Nas menjadi Vak-Nus setelah Terawan dan tim menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Said Agil Siroj.
"Vaksin Nusantara saja," ujar Said Agil. "Agar ada NU-nya," tambahnya.
"NUS kan mengandung huruf S," sela Terawan, yang –mengutip istilah Said Agil– warga NU cabang Katolik.
"S-nya itu Semesta. NU Semesta Nusantara," jawab Said Agil.
Jadilah nama itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: