Vaksin Nusantara

Vaksin Nusantara

Pertama, Vaksin Nusantara ini akan bisa di tubuh kita seumur hidup. Tidak seperti vaksin yang sudah ada: hanya bertahan 1 tahun. Ada yang bilang hanya 9 bulan. Bahkan lebih pendek lagi.

Artinya, kalau pandemi tidak selesai 6 atau 9 bulan lagi kita harus vaksinasi lagi.

Kedua, suntiknya hanya sekali –pun tidak sakit. Lokasi penyuntikan tetap di lengan tapi tidak perlu dalam. Cukup mencapai bagian lemak. Karena itu arah jarum suntiknya tidak harus tegak lurus. Tidak seperti suntik vaksin yang ada selama ini: jarumnya harus mencapai otot lengan. Harus dalam. Posisi jarum pun harus tegak-lurus. Rasa sakit dari suntik vaksinasi yang ada sekarang ini timbul akibat teknik penyuntikan yang harus seperti itu.

Ketiga, tidak perlu disimpan di suhu dingin. Cukup di ruangan biasa. Puskesmas yang kulkasnya sudah penuh pun tidak harus beli kulkas baru. Pun kalau listrik mati. Tidak membuat Vaksin Nusantara sampai rusak. Berarti cocok sekali dengan kondisi Indonesia.

Indonesia benar-benar tiba-tiba unggul.

"Kan ini teknologi Amerika. Mengapa disebut Vaksin Nusantara?" tanya saya.

"Karena di Amerika sendiri belum dikembangkan. Pengembangan pertamanya dilakukan di Indonesia. Dengan peralatan sepenuhnya buatan Indonesia," ujar Haryono Winarta.

Saya kenal Haryono itu. Saya selalu memanggilnya Ming. Nama Tionghoanya memang

Liu Ming Ming. Arek Suroboyo asli. Ming-lah yang mendampingi dokter Terawan. Mertua Ming memang punya pabrik obat besar di Surabaya. Yang selama ini juga memproduksi obat-obat resep dokter untuk pasien Covid-19.

Ming lulusan SD YPPI Kapasari, Surabaya. Lalu disekolahkan ke Singapura.

Ayahnya adalah kontraktor drilling minyak mentah. Maka Ming bisa langsung meneruskan kuliah di Amerika. Ia ambil ekonomi dan marketing. Sampai S-3 (PhD). Teman-teman sekolahnya di Amerika, kita sudah kenal semua: Erick Thohir, Sandiaga Uno, Moh Luthfi, dan Rosano Barack. Semua sedang jadi menteri –mungkin Rosano menyusul entah jadi apa.

Jaringan Amerikanya itulah yang membuat Ming bisa dipercaya mengembangkan vaksin itu di Indonesia.

Amerika juga sangat percaya dengan kemampuan dokter Terawan. Apalagi Terawan sendiri yang memimpin tim Vaksin Nusantara ini.

Selama ini kita mengenal dokter Terawan dengan terobosannya. Terutama yang ia lakukan di RSPAD Gatot Subroto Jakarta. Yang sangat terkenal adalah di bidang ''brain wash''. Yang saya pernah menjalaninya dua kali –yang kedua bersama istri. Setelah itu Terawan memperkenalkan fasilitas baru lagi di Gatot Subroto: cure cell. Dari Jerman.

Ketika Dokter Terawan menjadi menteri kesehatan, tentu ia menginginkan Indonesia bisa ikut bersaing di bidang vaksin. Apalagi di dunia ini baru ada enam negara yang mampu bikin vaksin. Indonesia tentu bangga kalau bisa menjadi negara yang ketujuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: