Robinhood GameStop

Robinhood GameStop

GameStop itu perusahaan persewaan video game. Alatnya dan permainannya. Sejak game masih berupa Nintendo di tahun 1980-an.

Pusat perusahaan itu di Dallas, Texas. Tapi punya cabang di mana-mana. Pernah punya cabang sampai 5.000 –termasuk sampai ke Eropa. Lalu di masa persewaan bisa beralih ke online GameStop mengalami kemunduran. Mundur terus. Lalu menyatakan bangkrut.

Pemegang saham pun berganti. Ganti pula direksi. Belum sempat maju, sudah sulit lagi. Hampir bangkrut lagi.

Tiga tahun lalu GameStop rugi sekitar Rp100 miliar. Lalu tahun 2019 rugi lagi ratusan miliar rupiah. Tahun 2020, di saat pandemi, lebih sulit lagi. Beberapa cabang persewaan itu sering digerebek polisi. Dianggap melanggar protokol kesehatan. Kerugian tahun 2020 mencapai lebih Rp1 triliun. Hampir saja direksi dan pemegang sahamnya menyerah. Untuk ketiga kalinya.

GameStop adalah perusahaan publik –40 persen sahamnya dimasukkan pasar modal.

Dengan kondisi perusahaan seperti itu harga sahamnya merosot terus. Pernah tinggal 2 dolar/lembar.

Rupanya murahnya harga saham GameStop diketahui para pemain saham. Mereka pun siap memborongnya. Dengan jumlah yang sudah mereka hitung. Yang bisa memengaruhi harga saham di Wall Street.

Mereka menggoreng saham itu.

Pelakunya adalah paguyuban pemakai akun Raddit. Anda lebih tahu Raddit dari saya. Yang sebenarnya ''hanya'' perusahaan penyedia akses internet.

Raddit memiliki layanan r/wallstreetbets. Yakni mereka yang ingin bermain saham lewat Raddit. Mereka yang di akun itulah yang mengumpulkan dana membentuk situasi short squeeze di pasar modal.

Itu belum lama. Baru tanggal 22 Januari kemarin. Keesokan harinya harga saham GameStop mulai naik. Tiba-tiba menjadi 19,94 dolar. Beberapa hari kemudian sudah naik lagi sampai 39,12 dolar.

Mulailah orang yang di luar Raddit ikut tergiur. Begitu drastis kenaikannya. Banyak perusahaan ikut menitikkan air liur. Terjun pula. Demikian juga perorangan.

Wall Street sudah menghentikan perdagangan itu. Dengan maksud untuk mengingatkan publik: kenaikan harga itu bukan karena fundamental perusahaan yang baik. Itu semata kenaikan karena masalah teknis –kata lain untuk permainan.

Pasar modal sudah memenuhi kewajibannya: menyetop perdagangan saham tidak wajar itu. Tapi kemudian, sesuai dengan peraturan, harus membukanya kembali.

Publik ternyata tidak peduli. Apalagi, hari itu, ada postingan misterius dari orang terkaya di dunia sekarang ini: Elon Musk, pemilik Tesla.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: