Harga Melonjak Drastis, Petani Cabai Malah Kesulitan Modal

Harga Melonjak Drastis, Petani Cabai Malah Kesulitan Modal

Menurutnya, kejatuhan harga itu membuat pendapatan petani menurun drastis dan berdampak pada keterbatasan modal untuk melakukan penanaman kembali.

"Jadi benar, gairah petani untuk menanam kurang. Petani saking tahu harga jual, bahkan mereka saat itu tidak mau panen karena biaya panen lebih besar dari harga jual," ujarnya.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), Abdul Hamid menilai, terjadinya kenaikan harga aneka cabai dalam sebulan terakhir, karena minimnya produksi lantaran berkurangnya jumlah petani yang melakukan penanaman.

"Petani yang menanam berkurang sekitar 40 persen, itu karena harga sempat sangat murah, ini akan menjadi hambatan ke depannya," kata Abdul.

Menurut Abdul, curah hujan tinggi yang diikuti dengan bencana banjir turut menganggu stabilitas produski cabai di sejumlah daerah. Alhasil, harga cabai turut naik.

Harga cabai rawit merah paling tinggi di tingkat petani dihargai hingga Rp40 ribu per kg, sedangkan cabai merah keriting mencapai Rp55 ribu per kg.

"Kenaikan harga itu menguntungkan bagi para petani yang saat ini memiliki hasil panen," ujarnya.

Meskipun biaya produksi ikut naik, kata Abdul, margin yang diperoleh cukup besar. Namun setidaknya, hal itu dapat membantu petani untuk memulihkan permodalan pasca mengalami kerugian besar selama pandemi tahun ini.

"Biaya produksi normalnya antara Rp13-14 ribu per kg, sekarang naik jadi Rp15-18 ribu per kg. Jadi kalau dijual Rp40-55 ribu, itu dia jelas untung," terangnya.

Abdul menuturkan, rata-rata modal petani cabai antara Rp13-14 ribu per kg untuk seluruh jenis cabai. Petani mendapatkan keuntungan 30 persen sehingga harga jual dari petani berkisar Rp18 per kg.

"Oleh karena itu, penurunan harga yang terjadi cukup dalam dan menekan omzet petani," ucapnya.

Abdul pun meminta kepada pemerintah untuk dapat diperhatikan terkait persoalan ini. Sebab, dampak ekonomi yang terjadi membuat petani kesulitan modal untuk melakukan kegiatan pertanaman pada musim selanjutnya.

"Hal itu mesti dicermati, sebab mulai September hingga akhir tahun krisis cabai dalam negeri bisa terjadi jika pertanaman cabai minim," tegasnya.

"Sekarang sudah susah mau bicara kembali pokok modal saja. Tidak mungkin bisa tanam lagi karena dampak ekonominya susah sekali," pungkasnya. (der/zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: