Disebut Kiper Cadangan di 2024, Peluang Sandiaga Uno Jadi Capres Tetap Kecil Meski Sekarang Menteri
Usai dilantik Presiden Joko Widodo, Sandiaga S. Uno melengkapi anggota kabinet yang berpotensi maju di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.
Sebelumnya ada Prabowo Subianto, Mahfud MD, Airlangga Hartarto, Erick Thohir, Tito Karnavian, Budi Gunawan, dan lain-lain.
Kabinet Jokowi-Maruf diibaratkan Kabinet Capres 2024 pasca bergabungnya Sandi ke pemerintah. Dia dipercaya sebagai menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.
Pengamat Politik Iwel Sastra mengatakan, untuk membaca peluang Sandi pada 2024, maka membacanya dimulai dari internal Partai Gerindra, tempat bernaung Sandi dan Prabowo.
Sandi adalah wakil ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, atasannya Prabowo, menjabat ketua umum sekaligus ketua Dewan Pembina Partai Gerindra.
Menurut Iwel Sastra, selama Prabowo masih ingin maju menjadi capres pada 2024, maka peluang Sandi secara otomatis tertutup.
Peluang yang masih terbuka bagi Sandi adalah sebagai cawapres. Itu pun jika Gerindra ingin mengulang formasi pada pilpres 2019 yang lalu.
"Kemungkinan bisa mengulang formasi ini sangat tipis, karena partai koalisi belum tentu mau mengusung kembali capres dan cawapres dari partai politik yang sama," ujar Iwel Sastra dikutip dari Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (25/12).
"Sehingga posisi Sandi sekarang ini kalau dianalogikan dalam permainan sepak bola seperti kiper cadangan yang menunggu di pinggir lapangan," imbuhnya menambahkan.
Masih analisa politik Iwel Sastra, jika kemudian akhirnya Gerindra mengusung Sandi menjadi capres, kemungkinan menang belum terbuka karena pemilih Sandi pada 2019 belum tentu semuanya memilih dia kembali. Apalagi dengan bergabungnya Sandi dalam kabinet Jokowi. Tentu ada di antara pendukung yang kecewa.
Dalam politik yang diukur bukan hanya kesetiaan pemilih kepada yang dipilih, tetapi juga sebaliknya. Sedangkan yang tidak memilih Sandi pada pilpres lalu belum tentu bisa dengan mudah mengalihkan pilihannya kepada Sandi.
"Namun, ini masih analisis awal, untuk mengujinya perlu dilakukan survei," pungkas Iwel Sastra, yang juga direktur Mahara Leadership itu. (rmol.id/ima)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: