Mimpi Bertemu Rasul Tidak Bisa Diverifikasi, Fajrie Alatas: Ini Masalah Otoritas Keagamaan, Bukan Hukum
Pemberitaan di dunia maya sempat dihebohkan dengan pengakuan Sekretaris Jenderal HRS Center Haikal Hassan Baras yang menjumpai Rasulullah di dalam mimpinya. Hal itu dia katakan saat memberi sambutan dalam pemakaman 5 laskar Front Pembela Islam (FPI) di Megamendung beberapa waktu lalu.
Dia pun menceritakan, ia sempat merasa sedih dan kacau ketika kedua anaknya meninggal dunia.
“Anak saya yang pertama meninggal dunia, namanya Umar. Anak saya yang kedua, masih saya gendong, Allah panggil lagi, namanya Salma. Demi Allah di kubur dan waktu hujan ini, tiba-tiba enggak lama Rasulullah datang, dan beliau memegang tangan Umar. Demi Allah, dia memegang tangan Salma,” kata Babe Haikal dikutip Chanel YouTube Rasil TV, Sabtu (12/12).
Saat itu, Haikal mengaku merasa terkejut melihat kemunculan Rasulullah. Menurutnya, Rasulullah memberikan sebuah pesan kepadanya.
“Rasulullah berucap pada saya, ‘Jangan takut dan jangan khawatir, Salma dan Umar bersama saya’. Demi Allah saya mendengar langsung Rasulullah berkata demikian di telinga saya,” ungkap Haikal sambil menahan tangis.
Haikal mengaku, pertemuannya dengan Rasulullah itu sudah sejak lama sengaja rahasiakan.
Menanggapi hal ini, asisten profesor Kajian Islam dan Timur Tengah di New York University, Ismail Fajrie Alatas, angkat bicara terkait gonjang-ganjing pengakuan Haikal Hassan mimpi bertemu Nabi Muhammad SAW yang diperkarakan di polisi.
Fajrie Alatas yang juga suami Politisi Muda Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Tsamara Amany menyebut, klaim-klaim mimpi ketemu nabi atau para wali menjadi hal biasa dalam sejarah Islam dunia.
“Keabsahan klaim tersebut terikat dengan otoritas yang bermimpi tanpa bisa diverifikasi, seperti yang sudah dijelaskan di artikel saya ini. Ini masalah otoritas keagamaan bukan hukum,” jelas Fajrie dalam cuitannya di akun Twitter pribadinya @ifalatas, Jumat (18/12).
Seorang followernya kemudian bertanya, jika klaim mimpi tersebut digunakan untuk membohongi publik supaya tetap bersemangat mengikuti kemauan orang yang mimpi itu, bagaimana?
Fajrie kemudian menegaskan bahwa kebenaran atau kebohongan mimpi orang lain tidak satu pun yang bisa memverifikasinya.
“Memang anda bisa memverifikasi kebenaran/kebohongan mimpi orang lain? Kan gak bisa. Setiap klaim mimpi ya pada akhirnya klaim. Untuk sebagian orang itu benar, dan sebagian lainnya itu tidak benar. Gitu kan?” jawabnya lugas dikutip dari Fajar.
CEO Cyber Indonesia Muannas Alaidid kemudian mengomentari cuitan Fajrie.
“Afwan ya habibana, kalau boleh bersaran bukan mimpinya tapi jangan mau publik dibohongi pakai mimpi, menggunakan mimpi apalagi dengan mencatut nama baginda nabi untuk menipu & membohongi umat melawan penegak hukum & negara, ini masuk delik pidana penghasutan,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: