Ujian Konghucu
Mereka inilah yang menurut Weliam H Boseke sebagai keturunan dinasti Han di Tiongkok. Yang sudah menjadi ''suku Manado'' atau suku ''Minahasa''.
Bulan lalu Boseke diundang ke Surabaya. Untuk membedah bukunya berjudul ''Leluhur Minahasa'' (Disway 29 Oktober/Boseke Minahaizi). Saya ikut diminta membahasnya. Bersama Prof Dr Perry Rumengan, ahli etnomusikologi dari Universitas Negeri Manado. Juga Soetijadi Judo, pengusaha besar Tionghoa Surabaya yang hari itu mendapat marga Manado, Ratulangi.
Meski menamatkan SMA-nya di sekolah Katolik Manado, Andrei tetap ikut agama orang tuanya: Konghucu. Tiap bulan purnama Andrei ke kelenteng Ban Hin Kiong yang di pusat kota itu. Yang terkenal sebagai ''Kelenteng Berdewa''.
Tidak setiap Imlek dewa di situ mau memberkati jemaatnya. Tergantung firasat yang didapat suhu di situ. Maka setiap menjelang Imlek orang Tionghoa menunggu berita dari Manado: dewanya akan keluar atau tidak.
Begitu ada pengumuman sang dewa akan keluar, Manado kebanjiran manusia. Dari berbagai kota di Indonesia. Tahun lalu ada yang dari Medan. Bahkan dari Singapura, Taiwan dan Hongkong. Saya beberapa kali ke kelenteng itu –sayangnya tidak pas lagi ada dewannya.
Banyak pejabat yang mempermalukan agama dan partainya. Agama apa saja. Partai mana saja. Kecuali agama Konghucu –karena baru kali ini orang Konghucu mendapat ujian berat: menjadi pejabat publik. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: