Dewa Bola yang Abadi Itu Sudah Pergi, Cristiano Ronaldo: Pesulap yang Tak Tertandingi
Sepak bola dunia kehilangan salah satu pahlawan terbesar dan paling berpengaruh, Diego Armando Maradona. Legenda Argentina itu meninggal dunia di Kota Tigre, dekat Buenos Aires, Rabu (25/11) waktu setempat, akibat serangan jantung.
Kepergian Maradona di usia 60 tahun menjadi kabar yang sangat menyedihkan bagi Argentina dan pencinta bola di seluruh dunia. Kejeniusannya di atas lapangan adalah inspirasi bagi semua orang yang membuatnya begitu dicintai.
Maradona naik ke panggung besar sepakbola sejak masih remaja. Dia melakukan debut profesionalnya untuk Argentina Juniors pada usia 15 dan mendapatkan caps Argentina pertamanya pada usia 16 tahun 120 hari.
Legenda kelahiran 30 Oktober 1960 itu tampil dalam empat Piala Dunia berturut-turut untuk Argentina antara usia 21 dan 33. Ia memainkan yang pertama pada tahun 1982 sebelum kemudian mewakili negaranya pada tahun 1986, 1990 dan 1994.
Piala Dunia 1986 Meksiko menjadi panggung pertunjukan Maradona sebagai maestro sepakbola. Dalam perjalanan memimpin La Albiceleste menjadi juara dengan mengalahkan Jerman Barat di final, ia menunjukkan magis sebagai dewa lapangan hijau.
Yang terus dikenang adalah pertandingan perempat final yang menegangkan melawan Inggris di Mexico City. Maradona yang mengantongi 91 caps dan 34 gol memecah kebuntuan Argentina di menit ke-51 dengan gol ilegal yang kemudian dikenal sebagai gol 'Hand of God'.
Berebut bola dengan kiper Peter Shilton, Maradona menggunakan tangannya untuk mencetak gol tanpa dilihat hakim garis. Namun, aksi tak terpuji itu kemudian dibayar Maradona dengan gol sensasional. Ia menggiring bola dari daerahnya melewati setengah anggota tim Inggris, termasuk Shilton.
Gol itu pada akhirnya terpilih sebagai Goal of the Century dalam jajak pendapat FIFA pada tahun 2002. Penampilannya di Meksiko yang begitu memukau juga menjadikan Maradona sebagai Pemain Terbaik FIFA Abad Ini. Penghargaan 100 tahun itu diberikan kepadanya bersama legenda Brasil, Pele.
Di level klub, Maradona mencapai sukses luar biasa bersama Napoli yang membelinya dari Barcelona. Dia menginspirasi klub Italia tersebut meraih gelar Serie A pertama mereka pada tahun 1987. Lalu, gelar kedua ia persembahkan pada 1990 serta Piala UEFA pada tahun 1989.
Tidak mengherankan, dia diperlakukan seperti dewa di kota Italia selatan itu. Sayangnya, di tengah ketenarannya di Napoli, dia mulai bergaul dengan orang-orang yang salah, utamanya sindikat kejahatan lokal, Camorra yang pada akhirnya membuat Maradona mulai kecanduan narkoba. Pada tahun 1991, ia pun diskors selama 15 bulan karena penggunaan kokain.
Sejak itu, kontroversi mengikuti Maradona. Ia dipulangkan dari Piala Dunia 1994 setelah dites positif menggunakan zat terlarang lainnya. Dia juga sempat dijatuhi hukuman penjara yang ditangguhkan pada tahun 1998 setelah menembaki wartawan dan terlibat perselisihan berkepanjangan dengan pemerintah Italia mengenai pajak.
Sang maestro juga memiliki sejumlah masalah kesehatan. Dia menjalani perawatan untuk kecanduan narkoba dan alkohol, mengalami kenaikan berat badan yang drastis di awal tahun 2000-an dan mengalami serangan jantung pada tahun 2004.
Sebelum meninggal, awal November tahun ini, Maradona juga sempat dibawa ke rumah sakit. Berdasarkan pemeriksaan di klinik Olivos, Ipensa Sanatorium di La Plata, Argentina, Maradona kemudian naik meja operasi pada 3 November akibat adanya gumpalan darah di otak.
Terlepas dari semua kontroversi dan masalahnya setelah pensiun, Maradona tetap sosok yang sangat dicintai dan dihormati. Bahkan, sebagai bentuk penghormatan padanya, pemerintah Argentina menetapkan tiga hari berkabung nasional.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: