Cegah Banjir, Bupati Tegal Pimpin Langsung Pengerukan Sedimen Kali Kemiri

Cegah Banjir, Bupati Tegal Pimpin Langsung Pengerukan Sedimen Kali Kemiri

Sisi selatan Jembatan Kali Kemiri di Desa Kupu Kecamatan Dukuhturi Kabupaten Tegal, Senin (16/11), dikeruk untuk mengantisipasi dampak banjir. Sebelumnya Jembatan Kali Kemiri sepanjang 30 meter itu putus, Selasa (7/1) lalu, setelah diterjang arus sungai.

Bupati Tegal, Umi Azizah bersama sejumlah pejabat Pemkab Tegal didampingi forum komunikasi pimpinan kecamatan (Forkopimcam) Dukuhturi meninjau langsung proses pengerukan. Sebelumnya, Umi memerintahkan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tegal berkoordinasi dengan dinas terkait untuk mengeruk sedimen tanah dan timbunan sampah yang telah mengakibatkan pendangkalan pada sungai menggunakan alat berat.

“Saya melihat, tanpa menggunakan alat berat, sedimentasi di dekat jembatan ini sulit diangkat. Struktur jembatan yang masih menggunakan pilar di tengah sungai ini mudah menyebabkan sampah tersangkut yang akan membentuk timbunan,” ujarnya.

Kondisi tersebut dalam jangka panjang, papar Umi, bisa mengakibatkan aliran air sungai tidak lancar. Menurut Umi, sehingga aliran airnya jusru bisa mengikis bibir sungai dan menggerus fondasi jembatan.

Terputusnya Jembatan Kali Kemiri disiasati Pemkab Tegal dengan memasang jembatan bailey sepanjang 30 meter senilai Rp470,4 juta. Lokasi jembatan darurat ini berada sekitar 200 meter dari lokasi jembatan lama yang terputus.

Sementara untuk pembangunan jembatan permanen Kali Kemiri dianggarkan APBD Kabupaten Tegal 2021 senilai Rp2,4 miliar. Kepala BPBD Kabupaten Tegal Jaenal Dasmin mengatakan pengerukan ini bertujuan mengembalikan keadaan Kali Kemiri, supaya laju air sungai tidak terhambat oleh tumpukan sampah.

“Sifatnya ini adalah pencegahan atau pra bencana menyambut datangnya musim penghujan. Mudah-mudahan saat nanti debit airnya meningkat, tidak sampai meluap ke permukiman warga,” ujar Dasmin.

Dasmin menuturkan pengerukan sedimen di Kali Kemiri ini menggunakan satu alat berat milik Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juana. Sebelumnya, proses pengerukan sedimen sungai ini dilakukan secara manual dengan mengerahkan banyak orang.

Namun dirasa kurang efektif, karena ada endapan di dalam sungai yang sulit dijangkau. “Dengan alat berat ini, targetnya bisa selesai dalam dua hari,” pungkas Jaenal. (guh/zul)

Sumber: