Tujuh Negara Ketagihan Kopi Luwak Malino

Tujuh Negara Ketagihan Kopi Luwak Malino

Kopi Luwak Malino punya potensi ekspor. Namun produksinya terbatas. Ini peluang menjanjikan bagi UMKM.

Peminatnya datang dari Jepang, Brasil, Hongkong, Tiongkok, Philipina, Singapura, dan Malaysia. Hanya saja volume ekspornya masih kecil. Tahun ini hanya 1,2 ton saja.

Pemilik Kopi Luwak Malino, Danny Permadi, mengatakan, potensi ekspor kopi memang cukup besar. Hanya saja produksinya masih terbatas. Pihaknya belum mampu memenuhi permintaan basar yang begitu besar.

Paling banyak 200 Kg perbulannya. Pertahun sekitar 2,5 ton. "Karena pandemi Covid-19, tahun ini hanya 1,2 ton," kata Danny Permadi, Senin, 2 November.

Luwak yang dimiliki Danny sudah ada 40 ekor. Sebanyak 17 ekor di antaranya kelas jumbo. Bisa memproduksi kopi 5 kilogram sehari. "Baru 17 luwak yang besar itu kita pakai. Karena memang kami tidak bisa sesumbar soal ekspor. Tantangan sekarang berat," ungkapnya.

Ia berharap ada peran pemerintah agar ekspor kopi luwak Malino bisa ditingkatkan. Mengingat UMKM yang dikelola masih kategori kecil. "Karena sekarang sisa sekali-kali saja mengekspor. Masih sulit untuk bangkit, apalagi harus berpikir bagaimana lagi ke depan," imbuhnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Gowa, Andi Sura Suaib mengatakan, kopi luwak Malino punya potensi pengembangan yang sangat menjanjikan. Mengingat komoditas ini sudah menembus pasar internasional.

"Ke depan bagaimana caranya ada plasma. Termasuk memberdayakan petani kopi yang ada di Tinggimocong, Tombolopao, dan Parigi," katanya saat ditemui di kantornya, kemarin.

Dengan begitu lanjutnya, ada pembinaan juga ke petani kopi. Sehingga sejalan juga dengan kesejahteraan petani kopi. "Apalagi kopi luwak ini kan penggemarnya rata-rata masyarakat ekonomi menengah ke atas," bebernya.

Meski saat ini ekspornya masih sangat kecil ungkap Andi Sura, pihaknya selalu siap untuk memberikan dukungan. Setidaknya, bagaimana ekspor komoditas kopi lokal bisa menguasai pasar internasional. (fin/zul)

Sumber: