Virus Corona Menyebar karena Pola Perjalanan, 2002-2003 Pernah Terjadi di Hongkong
Penyebaran COVID-19 begitu cepat bergerak dan masif. Salah satu penyebabnya adalah pola perjalanan global. Berdasarkan sejarah, SARS COVID-19 pernah terjadi di Hong Kong pada 2002-2003 silam. Saat itu, vatality rate mencapai 20 persen
"Virus ini sangat mudah tertular. Ditambah pola perjalanan global sangat kuat jika dibanding 10 tahun lalu. Rata-rata perjalanan penerbangan luar biasa berlipat-lipat. Ini tentu menimbulkan kecepatan virus bergerak dari satu orang ke orang lain. Pada 20 tahun lalu, virus ini tidak bisa menimbulkan efek biologis secara cepat," jelas Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, Dwi Agustian di Media Center Satgas Penanganan COVID-19 Graha BNPB, Jakarta, Sabtu (24/10).
Menurut Dwi, di Bandung, Jawa Barat, ada populasi yang tak bergejala melakukan testing secara massif. Dari 100 orang, hanya 1 orang yang positif tanpa gejala.
"Artinya dengan kasus ini, kita menunggu cukup waktu untuk mengumpulkan gejala-gejala dan risiko," imbuhnya.
Dwi juga mengingatkan agar tetap disiplin 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Dia menyebut protokol kesehatan sangat penting untuk mencegah terjadinya penularan COVID-19.
Sementara itu, motivator Tung Desem Waringin, yang juga penyintas COVID-19, mengatakan dirinya menduga tertular COVID-19 saat perjalanan dalam pesawat terbang pada 15 Maret 2020. Saat itu penumpang pesawat penuh. Yang menggunakan masker hanya penumpang yang sakit.
Tiga hari kemudian, pada 18 Maret 2020, Tung mengalami demam hebat di malam hari. Namun kembali normal pagi harinya. Kejadian itu terus berulang selama beberapa hari.
Bahkan, dirinya sempat tak bisa bernapas. Kemudian Tung melakukan tes darah dan foto torax. “Hasilnya 95 persen positif COVID-19. Pada saat itu, swab test masih antri panjang dan lama. Tidak seperti sekarang," ujar Tung.
Dia mengaku merasakan efek luar biasa saat mengkonsumsi cukup air putih setiap harinya. Salah satunya adalah pengambilan analisa gas darah (AGD) yang sebelumnya dua kali gagal menjadi lebih mudah.
“Menurut saya, pasien COVID-19 diwajibkan minum air putih selama perawatan," pungkasnya. (rh/zul/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: