UGM Usul Tulis Ulang Sejarah G30S, Sejarawan UI: Film G-30S/PKI Betul-betul Film pendidikan

UGM Usul Tulis Ulang Sejarah G30S, Sejarawan UI: Film G-30S/PKI Betul-betul Film pendidikan

"Kepentingan politik jelas. Mengawetkan memori termasuk ketakutan adalah dalam rangka menjaga hegemoni dan karena itu peluang untuk bisa mengontrol perilaku," paparnya.

Menurut Agus, sudah saatnya para akademisi turun tangan menangani berbagai isu kontroversial ini berdasarkan hasil riset yang mendalam. Meskipun, riset tersebut menurutnya cukup berisiko bagi akademisi, sejarawan maupun pemerintah yang berkuasa.

"Itu tugas akademisi yang penting. Semua pekerjaan berisiko. Namun, standar dan cara bekerja yang profesional dengan mutu yang tinggi harusnya selalu dipegang oleh setiap akademisi termasuk akademisi di bidang sejarah yang menangani isu-isu kontroversial seperti sejarah kelam di republik kita ini," ungkapnya.

Sementara itu, sejarawan Universitas Indonesia (UI) Abdurakhman menilai, Film G-30S/PKI adalah sebuah film yang baik untuk anak didik di Tanah Air. Film ini menurutnya, merupakan film pendidikan dalam upaya penanaman karakter kebangsaan.

"Ini sebenarnya betul-betul film pendidikan," kata Abdurakhman.

Menurut Abdurakhman, saat membuat film tersebut tidak ada pengawasan yang begitu ketat. Sebab semua diterapkan setelah naskah film disetujui lalu diterjemahkan dalam sebuah akting.

"Pemutaran film tersebut, sejatinya baik bagi anak didik sebagai referensi ilmu pengetahuan tentang peristiwa yang terjadi pada 1965," ujarnya.

Untuk itu, kata Abdurakhman, jika ada pihak-pihak yang mengartikan film tersebut tidak benar maka dipersilakan membuat film versi lain. Namun, harus berdasarkan sumber-sumber sejarah atau fakta sejarah.

"Jadi bukan suatu upaya untuk melencengkan," ucapnya.

Abdurakhman menilai, sudah selayaknya anak bangsa mengetahui kebenaran peristiwa yang terjadi pada 30 September 1965. Apabila ada orang yang tidak setuju terkait pemutaran film tersebut maka kembali pada konteksnya.

"Penanaman karakter kebangsaan adalah sebuah kewajiban negara. Bila hal itu tidak dilakukan oleh negara, maka bersiaplah menerima generasi muda yang tidak mencintai bangsanya sendiri," pungkasnya. (der/zul/fin)

Sumber: