538 Anak-anak Usia 0-11 di Jawa Tengah Terpapar Covid-19
Sejak pandemi terjadi di Indonesia akhir Maret lalu, 15 ribu anak usia hingga 14 tahun di Tanah Air diketahui terpapar Covid-19. Jumlah itu diungkapkan Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Tengah, Jumat (18/9) kemarin.
Ketua Tim Ahli Gugus Tugas Covid-19 Provinsi Jawa Tengah, dr. Anung Sugihantono mengungkapkan, dari jumlah tersebut sebanyak 165 anak meninggal dunia.
Sedangkan di Jawa Tengah, ungkap dr. Anung, terdapat 538 anak yang terpapar Covid-19. Catatan tersebut berdasarkan data per tanggal 17 September lalu. Ironisnya, angka kematian tertinggi untuk anak terjadi pada bayi, yakni usia hingga satu tahun.
"Mereka berusia 0 hingga 11 tahun. Mereka terdiri dari 222 anak perempuan dan 316 anak laki-laki. Data tersebut berdasarkan sistem pelaporan coronajateng.co.id, Kamis (17/9) pukul 11.00," kata Anung dalam webinar 'Program Kesejahteraan dan Perlindungan Anak di Masa Pandemi: Anak-anak dalam Pusaran Klaster Keluarga Covid-19', Jumat (18/9) kemarin.
Anung berpendapat, karena pandemi Covid-19 masih terus menyebar, sebaiknya pembelajaran secara tatap muka ditiadakan dulu. Namun jika banyak masyarakat menghendaki, maka cara tersebut bisa dilangsungkan dengan tetap mewajibkan protokol kesehatan yang sangat ketat.
"Di sekolah yang biasanya ruangannya ber-AC dan tertutup, harus dibuka agar udara bebas keluar. Jumlah siswanya pun harus dibatasi. Selain itu ruang guru dan kepala sekolah juga harus diperhatikan agar bebas dari penyebaran Covid," jelasnya seperti diberitakan Kantor Berita RMOLJateng.
Sependapat dengan hal tersebut, dokter spesialis anak Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Setya Dipayana mengungkapkan, anak-anak bisa disebut sebagai penyebar super.
Menurutnya, anak memiliki kekebalan tubuh yang bagus. Imun anak bagus maka kemungkinan justru menjadi asymptomatis.
"Yakni telah terpapar Covid-19 namun tidak menimbulkan gejala apa-apa karena mereka kebal. Akan tetapi ketika mereka berdekatan dengan orang yang kekebalannya menurun atau orang tua, maka mereka menjadi penular," terangnya.
Setya menegaskan perlu adanya kesadaran orangtua dalam menjaga anak-anak mereka. Menurutnya orangtua perlu menerapkan protokol secara ketat dalam kebiasaan baru ini.
"Harus memberikan edukasi yang jelas dengan bahasa yang mengena kepada anak-anak. Diberi pengertian jangan saling tukar masker karena gambar maskernya Doraemon atau gambar lainnya," tuturnya. (rmol/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: