Dikeroyok dan Ditonjok BuzzerRp, Fuad Bawazier: Popularitas Anies Baswedan Justru Semakin Dikenal Luas

Dikeroyok dan Ditonjok BuzzerRp, Fuad Bawazier: Popularitas Anies Baswedan Justru Semakin Dikenal Luas

Gubernur Anies Baswedan ditonjok dengan tuduhan indeks saham anjlok di bawah 5.000, geggara DKI Jakarta akan menerapkan kembali PSBB lebih ketat. Padahal hari berikutnya indeks naik lagi, karena naik turunnya memang hal biasa dan cepat berubah-ubah.

Lagi pula selama pandemi corona indeks juga sempat anjlok di bawah 4.000. Pernyataan itu diungkapkan ekonom senior, Fuad Bawazier melalui keterangan tertulisnya yang diterima radartegal.com, Senin (14/9) malam.

"Bukan cuma itu, sebenarnya sejak pandemi indeks saham turun, kurs rupiah turun, dan modal mengalir keluar negeri (out flow). Jadi kenapa ribut?" tanya Fuad.

Ironisnya, beber mantan menteri keuangan di era Presiden Soeharto itu, para buzzer bayaran juga serempak mengeroyok Anies. Semua yang melihat Anies sebagai saingan atau lawan politik, seperti biasanya ikut menohok Anies dengan isu PSBB.

"Akhirnya jagad raya medsos diramaikan pro kontra pemberlakuan kembali PSBB di DKI Jakarta dengan warna menyerang maupun mendukung Anies," ungkapnya.

Serangan-serangan tersebut tampaknya semakin meningkatkan popularitas Anies sebagai tokoh yang humanis yang ingin melindungi rakyatnya dari bahaya Covid-19. Nama Anies menjadi semakin dikenal luas bukan saja di DKI tapi di seluruh Indonesia. 

Nampaknya Anies mampu melewati tekanan para pemburu rente dan buzzer orderan, yang terbukti dengan lolos dan diberlakukannya PSBB baru, meski sarat kompromi. 

Menurut Fuad, sejak awal pandemi sikap (pejabat) pemerintah memang terbelah dua sesuai mazhabnya. Yaitu mazhab yang lebih mementingkan ekonomi dan mazhab yang lebih mementingkan kesehatan.

"Umumnya petinggi pemerintah pusat bermazhab ekonomi dengan dukungan kuat kalangan bisnis. Sampai-sampai ada konglomerat yang bersurat ke Presiden Jokowi untuk mencegah diberlakukannya PSBB di DKI Jakarta," rinci Fuad. 

Sedangkan kepala daerah, dokter, dan tenaga medis umumnya bermazhab kesehatan. "Mungkin karena mereka lebih dekat dengan rakyat atau masyarakatnya. Serta melihat rekan sejawat mereka gugur karena Covid-19. Mazhab ini pilih pain duluan, gain belakangan." 

Benturan mazhab ekonomi vs kesehatan ini masih berlangsung, apalagi bila menyangkut sosok Anies yang diasosiasikan sebagai bakal calon presiden 2024.

"Karena itu dimensi perselisihan (tokoh-tokoh) pusat dengan gubernur DKI Jakarta menjadi semakin tajam, karena selain perbedaan mazhab juga lantaran sarat persaingan politik menuju 2024," pungkas Fuad. (zul)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: