Kalah Dua Kali Beruntun, Paris Saint Germain (PSG) Terperosok ke Urutan 17

Kalah Dua Kali Beruntun, Paris Saint Germain (PSG) Terperosok ke Urutan 17

Awal musim Ligue 1 menjadi mimpi buruk Paris Saint Germain (PSG). Les Parisiens (Orang Paris) yang berstatus juara bertahan menelan dua kekalahan beruntun dan kini terpuruk di zona degradasi.

Terbaru, finalis Liga Champions 2019/2020 tersebut dipermalukan musuh bebuyutannya, Marseille di kandang sendiri dengan skor tipis 0-1. Florian Thauvin menjadi mimpi buruk PSG di Parc des Princes dengan golnya di menit ke-31.

Bukan saja kalah, Layvin Kurzawa, Leandro Daniel Paredes, dan Neymar juga mendapat kartu merah, setelah berkelahi di menit akhir pertandingan. Insiden memalukan itu juga menyebabkan dua pemain Marseille; Jordan Amavi dan Dario Benedetto juga diusir wasit Jerome Brisard.

Direktur Olahraga PSG, Leonardo mengatakan timnya kehilangan akal sehat. Bagi Leonardo, ini masalah yang sangat serius dan mereka akan membicarakannya secara serius.

“Kami akan berbicara dengan para pemain kami. Kami sudah gila," kata Leonardo kepada Telefoot pasca pertandingan.

Leonardo menyebut, perkelahian di injury time babak kedua itu dipicu kepemimpinan Brisard yang menurutnya tidak bisa menangani pertandingan ini. "Empat belas kuning dan lima merah berarti permainan di luar kendali, saya tidak akan membela perilaku yang tidak bisa ditolerir. Saya tidak mengerti,” ujarnya.

Bagi eks pemain AC Milan itu, laga besar seperti ini mestinya dipimpin wasit yang lebih berpengalaman. "Saya tidak mengerti mengapa Anda tidak memilih (Clement) Turpin atau (Ruddy) Buquet. Kami memilih wasit berusia 34 tahun yang tidak memiliki pengalaman untuk pertandingan seperti ini,” keluhnya.

"Kami membutuhkan wasit seperti itu (berpengalaman) untuk pertandingan tingkat ini. Tentang apa yang terjadi (dalam perkelahian), TV punya rekamannya, itu akan diadili. Ada lima kartu merah, yang juga serius. Anda harus tahu apa yang terjadi dan menilai semuanya," lanjutnya.

Legenda Brasil itu juga mengeritik jadwal di mana ia merasa bigmatch ini terlalu cepat digelar. “Menggelar Clasico pada matchday ketiga? Tidak ada yang 100 persen (fit) dalam kondisi tersebut," ujarnya.

Meski juga mengecam anak asuhnya, Pelatih PSG, Thomas Tuchel tetap memuji Neymar Cs. "Saya tidak marah sama sekali, kita harus memisahkan kinerja dari hasil. Saya tidak menyukai reaksi kami dalam tiga menit terakhir. Saya tidak setuju dengan itu, itu terlalu berlebihan,” tegas Tuchel dikutip dari Goal.

Kekalahan dalam dua pertandingan pertama Ligue 1 dan ketidakmampuan mereka mencetak gol mengulang catatan buruk PSG pada musim 1978-79. “Saya tidak suka hasilnya. Kami memiliki pertandingan yang hebat, penampilan yang hebat,” tegasnya.

Tuchel sendiri mengatakan sangat senang dengan upaya timnya. Jika terus bermain seperti itu, ia percaya PSG yang kalah 0-1 dari Lens di pekan pertama akan memenangkan semua pertandingan. Sang pelatih juga mengaku bukan hal yang biasa bagi mereka untuk tidak mencetak gol.

“Kami harus kembali ke konteks pertandingan ini. Kami memiliki statistik yang luar biasa. Itu pertandingan yang hebat. Saya sama sekali tidak khawatir. Saya bahagia sebagai pelatih. Kami masih kekurangan pemain, kami memiliki skuat yang sangat kecil," lanjutnya.

Neymar sementara itu menuduh Alvaro Gonzalez melakukan rasisme setelah pengusirannya. Makanya, ia menegaskan dirinya sama sekali tidak menyesal. “Satu-satunya penyesalan yang saya miliki adalah karena tidak memukul bajingan ini," ujarnya.

Sumber: