Parti Liyani
Motif pemecatan itu sendiri aneh: hanya karena Karl marah. Yakni ketika Mbak Parti tidak mau lagi mengerjakan pembersihan toilet di rumah Karl. Hanya toilet. Pembersihan yang lain tetap dia lakukan. Demikian juga pembersihan kantor.
Kelak, kalau ketemu Mbak Parti, saya ingin bertanya, ada apa dengan toilet itu? Kok dia tidak mau lagi membersihkannya.
Anil menang telak di motif perkara ini.
Dan hakim tinggi Chan Seng Onn bikin putusan hebat itu.
Maka Mbak Parti pun bebas.
Hidup Mbak Parti!
Hidup Anil!
Hidup HOME!
HOME adalah singkatan Humanitarian Organisation for Migration Economics. Yang mendirikan adalah seorang wanita, Bridget Tan. Dia menggunakan uang pensiunnya sebanyak 60 ribu dolar Singapura untuk menolong buruh migran itu.
Semula Tan aktif di lingkungan organisasi sosial Katolik Singapura. Tapi dia berhenti karena merasa gereja kurang mendukung program seperti yang dia inginkan. HOME sampai menggalang dana untuk Mbak Parti. Untuk modal hidupnya setelah perkara ini selesai.
Dalam satu hari saja, HOME berhasil mengumpulkan dana untuk Mbak Parti sebesar 28 ribu dolar. Atau sekitar Rp300 juta. Orang-orang di Singapura begitu simpati pada Mbak Parti—yang sudah empat tahun tidak bekerja.
Akan ke mana Mbak Parti setelah ini? Akankah kembali bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura? "Saya akan pulang ke Indonesia. Akan jualan makanan," kata Mbak Parti.
Selama ini, Mbak Parti berhasil menyembunyikan masalah yang dia hadapi dari orang tuanya. Dia sangat khawatir orang tuanya terguncang. Maka selama hampir 4 tahun tinggal di shelter HOME itu mbak Parti dikira masih bekerja seperti biasa. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: