Butterfly Hug Bisa Lindungi Diri dari Trauma

Butterfly Hug Bisa Lindungi Diri dari Trauma

Pelukan kupu-kupu arau butterfly hug membuat tubuh terlindung dari trauma. Terutama dalam menenangkan diri pada kondisi cemas.

Teknik butterfly hug masuk dalam bagian tindakan psikoterapi. Bisa membantu seseorang merasa santai dan tenang. Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS), dr Nilla Mayasari SpKFR MKes menjelaskan, teknik ini kali pertama diperkenalkan pada anak-anak korban badai Pauline, tahun 1998, untuk mengurangi trauma. Tetapi saat ini lebih dikenal untuk menenangkan emosi ataupun meringankan kecemasan.

Cara ini bisa digunakan untuk orang dewasa. Bisa dilakukan sendiri atau pun berkelompok. "Untuk orang dewasa, sangat pas yang memiliki trauma atau kelabilan emosi,” ujarnya kepada FAJAR, Jumat (4/9) kemarin.

Dikatakan baik, karena termasuk gerakan yang ritmis, yaitu menepuk dan mengatur napas, sehingga membuat seseorang merasa aman dan terlindungi dari traumanya. Metodenya, silangkan tangan di atas dada dan posisikan telapak tangan di bawah tulang leher.

Lalu tarik napas dari perut dan fokus pada pernapasan tersebut. Kemudian, sadari setiap sensasi atau emosi yang muncul dalam diri sembari terus bernapas. Tepuk tangan perlahan dan bergantian selama 30 detik atau sampai merasa tenang.

“Untuk efektifnya dilakukan enam hingga delapan kali atau 2 hingga 3 menit,” jelasnya.

Terpisah, Spesialis Kesehatan Jiwa RS Stella Maris Makassar, dr Agus Japari SpKJ MKes menegaskan, mengelola diri terutama cemas dengan olahraga pernapasan sangat baik. Sebab bagian dari rileksasi, dan tubuh membutuhkan itu saat emosi tidak baik.

Pikiran dan tubuh saling terhubung. Pikiran memengaruhi respons fisik. Sementara itu, keadaan tubuh memengaruhi apa yang dipikirkan dan rasakan.

"Saat tubuh rileks otak juga bisa berpikir lebih rileks dan emosi menjadi lebih tenang," pungkasnya. 

Efektif di Ruang Tenang

Butterfly hug bisa dilakukan setiap saat. Namun, yang terpenting dilakukan dalam tempat yang cukup nyaman dan aman sehingga hasilnya lebih efektif. Untuk itu, Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi, RSWS, dr Nilla Mayasari SpKFR MKes menyampaikan, sebaiknya dilakukan pada ruangan tenang.

“Karena kalau bising, maka efektivitasnya berkurang,” katanya.

Butuh yang tenang, lanjutnya, sebab dari metodenya membantu penggunaan rangsangan eksternal visual, auditori, atau sentuhan secara berurutan. Tujuannya untuk membantu memproses ingatan yang membuat trauma yang menyebabkan muncul rasa cemas.

Jika dilakukan dengan tepat, juga dapat membuat jantung terasa lapang, terutama dalam menyeimbangkan otak kiri dan kanan. “Jadi trauma yang intens terjadi bisa diselesaikan sesegera mungkin,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: