Jalan Darat

Jalan Darat

Maka saya harus menjelaskan padanya: kalau di jalan yang menurun tadi ada mobil yang rem-nya blong sopir bisa memasukkan mobil ke lajur itu. Tanjakan di lajur itu akan membuat laju mobil (khususnya truk bermuatan berat) melambat. Lalu berhenti karena membentur ujung lajur darurat itu.

Di kawasan ini juga banyak jembatan panjang yang pilarnya harus sangat tinggi. Saya pernah turun sampai ke sungai itu saat jalan tol ini lagi dibangun oleh BUMN. Beberapa kali mobil saya tertancap di lumpur proyek. Yakni saat saya meninjau pekerjaan mereka.

Sampai di Semarang saya ganti mengucapkan terima kasih –kepada siapa ya? Kok saya lupa. Mungkin kepada Pak Harto. Atau Pak Habibie. Atau Gus Dur. Atau Bu Megawati. Yang jelas sebelum zaman Presiden SBY.

Inilah sektor yang amat padat. Hanya terdiri dari dua lajur. Jalannya naik dan naik. Banyak truk yang termehek-mehek di situ. Macet. Mungkin menunggu presiden setelah Pak Jokowi untuk mengatasinya.

Di sektor Semarang-Pekalongan saya kembali berterima kasih kepada Presiden Jokowi.

Di sektor ini saya bisa melihat ke kanan jalan. Ada pembangkit listrik raksasa sebelum masuk kota Batang. Di utara jalan.

Itulah PLTU pertama di Indonesia yang menggunakan teknologi super-super-critical. Bikinan Jepang. Itu, juga PLTU pertama yang ukurannya terbesar di Indonesia. Satu unitnya menghasilkan listrik 1.000 MW.

Ada dua unit di situ. Berarti satu lokasi ini saja menghasilkan listrik 2.000 MW.

Itulah PLTU milik Boy Thohir –kakak Erick Thohir. Itulah pula proyek PPP (public private partnership) pertama di Indonesia. Biayanya sekitar Rp40 triliun. Izin PLN-nya ditandatangani oleh orang yang sekarang sudah bukan sesuatu lagi.

Ups... Itu bukan proyek 1.000 MW pertama di Indonesia. Ada PLTU lain yang meskipun memulainya belakangan tapi selesainya lebih dulu. Satu di Cilacap. Satu lagi di Banten. Masing-masing 1 unit, @1000MW. Teknologi dari Tiongkok.

Sejak itu kelistrikan di Indonesia memasuki tahap unit 1.000 MW.

Nah, setelah Pekalongan ini pengemudi harus waspada. Jalannya bergelombang. Sebagian kelihatannya akibat truk kelebihan muatan.

Di sektor ini juga harus melihat baik-baik: di setiap kali ada jembatan.

Sambungan antara badan jalan dan jembatan itu selalu bermasalah. Terasa badan jalannya turun. Lebih rendah dari konstruksi jembatan. Terlihat pula sambungan itu sudah selalu ditambal aspal. Tapi tetap saja tidak boleh ngebut. Penumpang yang di dalam mobil bisa terbang –nyundul atap mobil.

Sampai di Brebes kondisinya masih sama. Sampai di Cirebon masih sama. Tapi saya tetap harus mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: