DPR Panggil Ahok karena Pertamina Rugi Rp11,4 Triliun, Arief Poyuono: Mungkin Ahok Paling Pas Jadi Gubernur DK

DPR Panggil Ahok karena Pertamina Rugi Rp11,4 Triliun, Arief Poyuono: Mungkin Ahok Paling Pas Jadi Gubernur DK

Di tengah tantangan pandemi Covid-19, PT Pertamina (Persero) menjadi sorotan utama lantaran merugi Rp11,4 triliun. Tudingan utama pun ditujukan pada Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang bercokol selama delapan bulan menjabat sebagai Komisaris Utama (Komut) di Pertamina.

DPR pun sudah menyiapkan undangan bagi mantan Gubernur DKI Jakarta itu dalam rapat dengar pendapat yang dilangsungkan pekan depan. Ya, kinerja Ahok di perusahaan minyak dan gas milik negara itu dianggap belum menunjukkan hasil yang signifikan.

Tak sedikit pengamat energi mengulasnya. Yang intinya kontribusi Ahok di Pertamina belum terlihat signifikan lantaran pengendali utama perseroan adalah direktur utama.

”Konsisten menjaga operasional perusahaan serta ketahanan energi memag tidak mudah. Apalagi mencari untuk di tengah masa sulit dewasa ini. Ahok mungkin sudah bekerja maksimal, tapi hasilnya ya rugi. Mungkin saja Ahok paling pas jadi Gubernur DKI bukan di Pertamina,” sindir Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Arief Poyuono kepada Fajar Indonesia Network (FIN) Rabu (26/8).

Penegasan Arief ini pun sebenarnya sejalan dengan penjelasan VP Komunikasi Perusahaan Pertamina Fajriyah Usman yang disampaian melalui informasi tertulis. Ia menyebut sepanjang semester I-2020 Pertamina menghadapi triple shock yakni penurunan harga minyak mentah dunia.

”Penurunan konsumsi BBM di dalam negeri, serta pergerakan nilai tukar dolar yang berdampak pada selisih kurs yang cukup signifikan. Kondisi ini yang terjadi,” terang Fajriyah.

Nah melihat kondite perusahaan plat merah ini, Anggota Komisi VII DPR RI Maman Abdurrahman memiliki persepsi yang berbeda. Ada kalkulasi yang mendasari mengapa Pertamina mengalami kerugian yang menembus Rp11,4 triliun.

”Wajar jika Pertamina merugi,” tegasnya.

Kerugian Rp11,4 triliun pada semester pertama 2020 tak hanya dialami Pertamina, namun sejumlah perusahaan migas milik asing pun bernasib serupa. ”Ini kondisi luar biasa. Tidak hanya Pertamina yang terdampak, major global oil companies lain bahkan mengalami kerugian yang lebih besar lagi,” kata Maman, Rabu (26/6).

Mengutip Forbes Middle East, dia menyebutkan sejumlah perusahaan minyak asing, kecuali Saudi Aramco memang mengalami kerugian signifikan selama semester I 2020. Misalnya Exxon Mobile mengalami penurunan senilai Rp19,134 triliun, British Petroleum (BP) Rp98,011 triliun, Total Rp122,879 triliun, dan Shell Rp269,165 triliun.

Politisi asal Partai Golkar ini justru memberikan apresiasi kepada Pertamina yang tetap beroperasi dan melayani konsumen dalam negeri di tengah krisis akibat pandemi Covid-19.

Menurut dia, perusahaan migas BUMN ini telah berhasil menjalankan program-programnya, baik dari sektor hulu sampai dengan pendistribusian BBM dan LPG ke pelosok Tanah Air.

”Pertamina telah berhasil menjalankan peran menggerakkan ekonomi secara keseluruhan dan tetap menjalankan proyek yang menyerap banyak tenaga kerja,” jelas Maman.

Mengutip laporan keuangan Pertamina semester I 2020 Senin (24/8), disebutkan BUMN itu mencatatkan rugi bersih sebesar 767,92 juta dolar AS atau sekitar Rp11,4 triliun (asumsi kurs Rp 14.800/dolar).

Sumber: