Tidak Tahu Kapan Berakhirnya, Covid-19 di Indonesia Sudah Tembus 151.498 Kasus

Tidak Tahu Kapan Berakhirnya, Covid-19 di Indonesia Sudah Tembus 151.498 Kasus

Jumlah pasien positif COVID-19 di Indonesia terus meningkat. Hingga, Sabtu (22/8) kemarin, pasien positif tercatat mencapai 151.498 kasus. Ini setelah kemarin terjadi penambahan sebanyak 2.090 kasus baru. Pasien yang sembuh juga meningkat. Ada 2.207 orang yang dinyatakan sembuh. Total jumlah pasien sembuh menjadi 105.198 orang.

Jumlah kematian juga mengalami peningkatan. Ada tambahan 94 kasus. Sehingga total kematian 6.594 kasus. Provinsi DKI Jakarta masih menjadi yang tertinggi. Ada penambahan 588 kasus baru. Hingga Sabtu (22/8), jumlah totalnya sebanyak 32.267 kasus.

Posisi kedua Jawa Timur. Ada penambahan 321 kasus baru. Dengan demikian total kasus positif menjadi 29.715 kasus. Penambahan tertinggi selanjutnya di Jawa Barat dengan angka 134 kasus baru. Total ada 9.081 kasus. Hanya 2 provinsi yang melaporkan nihil kasus baru Corona. Sementara itu ada 10 provinsi yang melaporkan tambahan kasus baru COVID-19 di bawah 10 kasus (selengkapnya lihat grafis, Red).

Sementara itu, informasi dari Rumah Sakit Darurat Wisma Atlet Kemayoran mencatat hingga kemarin, ada 11.388 pasien yang dirawat. Dari jumlah itu, 9.410 orang dinyatakan sembuh. Selanjutnya, 240 orang dirujuk ke rumah sakit lain, 3 pasien meninggal, serta 1 orang keluar tanpa izin.

"Data tersebut dihitung mulai 23 Maret 2020, saat pandemi COVID -19 pertama kali merebak di Indonesia," ujar Perwira Penerangan Pangkogabwilhan I TNI AL, Kolonel Marinir Aris Mudian di Jakarta, Sabtu (22/8)

Tercatat ada 1.373 pasien yang masih rawat inap di RSD Wisma Atlet. Mereka terdiri dari 753 pria dan 620 wanita. Dari jumlah pasien rawat inap itu, 1.371 orang terkonfirmasi positif COVID -19 serta 2 orang berstatus suspek.

Terpisah, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, Said Abdullah meminta semua pihak mengakhiri polemik obat dan vaksin COVID-19. "Kita seharusnya mendukung upaya pemerintah melalui kerja sama TNI AD, Badan Intelijen Negara (BIN), Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya, dan Kimia Farma untuk menemukan obat COVID-19," kata Said Abdullah di Jakarta, Sabtu (22/8).

Apabila, wabah berlarut-larut, dunia akan menghadapi ancaman kehancuran ekonomi yang jauh lebih serius. Termasuk angka kematian di berbagai negara akan terus meningkat. “Begitu beratnya beban kesehatan, sosial dan ekonomi dunia. Berbagai negara berpacu dengan waktu menemukan obat dan vaksin untuk mengatasi COVID-19,” imbuhnya.

Memang terdapat pro dan kontra soal obat dan vaksin COVID-19. Dia meminyab jika perbedaan itu diselesaikan melalui mimbar akademik-klinis.“Jika para ahli menemukan beberapa kelemahan proses dan prosedur akademik-klinis, alangkah baiknya dibicarakan dan diselesaikan melalui mimbar atau forum yang pas,” jelasnya.

Dia mendukung langkah BP POM dan Menteri Kesehatan (Menkes) bila telah memenuhi ketentuan medis dan peraturan perundang-undangan untuk segera menerbitkan surat izin edar obat.

“Saya mendorong sesegera mungkin Menkes memasukkan kombinasi obat baru tersebut dalam protokol kesehatan pada pasien treatment COVID-19. Selanjutnya pendistribusiannya secara nasional bila izin edar obat telah dikeluarkan oleh BP POM,” paparnya. (rh/zul/fin)

Sumber: