Indonesia Kembali Sepakati Pengadaan Vaksin Covid-19 dari Dua Perusahaan Tiongkok

Indonesia Kembali Sepakati Pengadaan Vaksin Covid-19 dari Dua Perusahaan Tiongkok

Indonesia kembali menjajaki kerja sama vaksin dengan dua perusahaan farmasi asal Cina yakni Sinopharm dan CanSino. Penjajakan ini di luar kerja sama antara Bio Farma dengan Sinovac.

Hal itu disepakati di sela pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dengan Menlu Cina Wang Yi serta beberapa pihak terkait di Sanya, Provinsi Hainan, Cina.

Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi mengatakan, bahwa Indonesia melihat adanya komitmen kuat dari sejumlah industri farmasi Cina untuk melakukan kerja sama vaksin dengan Indonesia.

Menurutnya, ada dua yang ditandatangani untuk ketersediaan vaksin, yang pertama Preliminary Agreement of Purchase and Supply of Bulk Product of Covid-19 Vaccine.

"Indonesia menilai, pentingnya jumlah vaksin yang memadai, tepat waktu, aman dan dengan harga yang terjangkau," kata Retno dalam media secara daring, Jumat (21/8).

Retno menuturkan, dalam kesepakatan tersebut terbangun sebuah komitmen ketersediaan supply bulk vaksin hingga 40 juta dosis mulai November 2020-Maret 2021. Sementara itu, dokumen kedua yang ditandatangani oleh Sinovac dan Biofarma adalah MoU untuk komitmen Kapasitas Bulk Vaksin 2021.

"Ini berarti, Sinovac akan memberikan prioritas kepada Biofarma untuk ketersediaan vaksin setelah Maret 2021 hingga akhir 2021," ujarnya.

Sementara itu, Erick Thohir yang juga sebagai Ketua Pelaksana Komite Penanganan dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) menilai, bahwa kerjasama Biofarma dengan Sinovac adalah sebuah kerja sama yang win-win, artinya saling menguntungkan karena akan memanfaatkan transfer pengetahuan dan teknologi.

"Bahwa Biofarma tidak hanya tukang jahit saja," kata Erick Thohir

Erick menjelaskan, kerja sama ini adalah bentuk kerja sama yang saling menularkan pengetahuan dan teknologi mengenai perkembangan masing-masing penelitian. Ia juga memastikan, bahwa transfer teknologi dan bukan hanya sekedar membeli.

"Indonesia membutuhkan jumlah vaksin yang memadai dengan harga terjangkau. Dengan begitu, imunisasi massal dapat segera dilakukan awal tahun depan," tuturnya.

Setelah kunjungannya ke Cina, kedua menteri akan mengunjungi Uni Emirat Arab (UEA) untuk kerja sama vaksin, dan kepentingan bilateral lainnya.

"Transfer pengetahuan dan teknologi tetap menjadi poin utama dalam kerja sama pembelian vaksin dari negara manapun," pungkasnya.

Dapat disampaikan, CanSino Biologics tengah mengembangkan vaksin berdasarkan adenovirus yang disebut Ad5, bekerja sama dengan Institut Biologi di Akademi Ilmu Kedokteran Militer Cina. Saat ini, vaksin yang dikembangkan CanSino sudah masuk dalam uji coba keamanan Fase 3.

Sumber: