Kalah Menyakitkan, Pelatih Atalanta: Detail membuat perbedaan di Liga Champions

Kalah Menyakitkan, Pelatih Atalanta: Detail membuat perbedaan di Liga Champions

Petualangan menakjubkan Atalanta dalam musim debut mereka di Liga Champions kandas di babak delapan besar. Perjalanan Sang Dewi, julukan Atalanta berakhir menyedihkan di tangan Paris Saint Germain.

Sempat unggul hingga menit akhir berkat gol Mario Pasalic di menit ke-27, kemenangan yang sudah di depan mata Sang Dewi buyar ketika laga memasuki menit 90. Marquinhos yang naik membantu serangan mampu menyamakan kedudukan usai menerima umpan tarik dari Neymar.

Tragedi wakil Italia itu kemudian disempurnakan Eric Maxim Choupo-Moting. Sang supersub yang masuk menggantikan Mauro Icardi di menit ke-79 membalikkan keadaan menjadi 2-1 lewat sontekan jarak dekat setelah mendapat assist dari Kylian Mbappe.

Gelandang Atalanta, Marten de Roon menyebut kekalahan ini sangat menyakitkan. Ia mengatakan, mereka sudah berjuang maksimal namun bernasib tragis.

“Kami melakukannya dengan sangat baik hingga momen malang di menit-menit terakhir. Saat ini, ini cukup menyakitkan. Saya merasa kecewa," kata De Roon di situs resmi UEFA.

Kelelahan sepertinya menjadi awal petaka Atalanta di Estadio da Luz. Setelah Berat Djimsiti, Robin Gosens, Pasalic, dan sang kapten, Alejandro Gomez ditarik keluar, permainan anak asuh Gian Piero Gasperini berubah total. Mereka dibombardir dan tidak bisa lagi melepaskan tembakan tepat sasaran di paruh kedua.

"Kami memainkan babak pertama yang bagus di mana kami mampu membuat PSG kesulitan. Kami menempatkan mereka di bawah tekanan dan memiliki beberapa peluang kecil. Di babak kedua, kami bertahan sedikit lebih dalam,” keluh De Roon.

Gasperini yang berbicara kepada Sky Sport tak kalah kecewa. Ia menyebut Atalanta begitu dekat dengan semifinal. "Beberapa bola mati, beberapa momen, situasi - detail yang menentukan siapa yang maju dan siapa yang tidak. Kami sangat dekat, sangat dekat. Detail membuat perbedaan di Liga Champions," jelasnya.

Walau kecewa, pelatih veteran Italia itu menegaskan pencapaian mereka sudah sangat luar biasa. Gasperini mengaku bangga melihat bagaimana timnya bisa bersaing di level Eropa. “Saya hanya bisa berterima kasih kepada para pemain saya,” tegasnya.

Lolos dramatis mengulang capaian tertinggi klub pada musim 1994/1995, PSG mengakui keberuntungan mereka. Namun, Pelatih PSG, Thomas Tuchel juga mengklaim bahwa timnya memang pantas ke babak empat besar menghadapi pemenang laga Atletico Madrid dan RB Leipzig.

“Bagi saya, ini adalah kemenangan yang pantas, tetapi jika Anda mencetak gol sangat terlambat, itu juga keberuntungan - tetapi saya yang pertama mengakui bahwa Anda membutuhkan keberuntungan," kata Tuchel di situs resmi UEFA.

Pelatih berpaspor Jerman itu menegaskan, hasil gemilang ini berkat kerja keras mereka. Ia menyebut timnya sangat kesulitan mempersiapkan diri dan menemukan ritme karena Ligue 1 sudah dihentikan sejak April. Untungnya, antusiasme selalu mencul di tengah-tengah tim mereka.

“Saya dapat merasakan di hari-hari terakhir bahwa determinasi, antusiasme, dan upaya grup, kualitas pelatihan dan perpaduan antara cinta dan kerja keras, sangat luar biasa. Datang ke sini dengan empat trofi dan sekarang berada di semifinal, semangat grup ini sangat berarti. Semua orang di Paris, dan di PSG, bisa sangat bangga karena ini merupakan kerja keras dari banyak orang," tuturnya.

Neymar yang menjadi man of the match menyatakan bahwa dirinya sejak awal yakin bisa melenggang ke babak semifinal. "Saya tidak pernah berpikir kami akan pulang besok. Setiap saat, kami hanya mengejar satu hal: maju ke empat besar," tegasnya.

Sumber: