Sering Terkam Warga, Buaya Setengah Ton Ditombak, Jika Mati Kepala dan Tubuhnya Akan Dikubur Terpisah
Predator alam bebas di air Sungai Kayubesi yang ditangkap oleh warga dianggap meresahkan. Sebelumnya terjadi kasus buaya menerkam warga setempat yang hendak melepas ikan hasil tangkapan alat pancing tajur atau rawai.
"Saat ini masih hidup kondisinya, banyak warga berdatangan menyaksikan," kata Sekretaris Desa Kayubesi, Junaidi, dikonfirmasi Babel Pos, Selasa (4/8).
Penangkapan buaya yang merupakan predator tingkat atas di sungai ini dilakukan sejak beberapa hari terakhir dengan sistem pancing. Buaya kemudian tersangkut pancing pawang, Senin (3/8), yang panjangnya mencapai 4,5 meter berat sekitar setengah ton.
Sebelumnya kejadian penyerangan buaya terhadap warga tersebut berlangsung, Sabtu (25/7), sekitar pukul 22.30 WIB. Saat itu warga bernama Erwin yang juga Ketua BPD Desa Kayubesi bersama Abdullah memantau pancing tajur di Lubuk Angkop aliran Sungai Kayubesi, tepatnya di belakang rumah warga bernama Ademi.
Pada saat itu salah satu pancing tajur Erwin dan Abdullah dimakan ikan namun ketika hendak diangkat, pancing dan ikan tersebut tersangkut di ranting kayu yang berada di dalam air sedalam setengah meter. Karena dangkal, Abdullah memutuskan turun ke dalam air untuk mengambil ikan yang tersangkut tersebut.
Tiba-tiba dari dalam air langsung keluar buaya berukuran besar menerkam kaki sebelah kanan Abdullah. Tak hanya itu, Abdullah langsung dilempar hewan buas tersebut kurang lebih semeter setengah di aliran air.
Abdullah sempat melawan dan berteriak minta tolong kepada Erwin yang kemudian dengan spontan Erwin langsung turun dan menombak buaya tersebut dengan menggunakan tombak kayu bermata besi. Tombak yang biasa dibawa Erwin untuk menombak ikan berhasil meredam buaya yang sempat menerkam Abdullah.
Buaya setelah terkena tombak bagian belakang punggung tersebut kemudian melepas gigitan Abdullah. Kesempatan ini dimanfaatkan Erwin untuk menolong Abdullah yang kemudian Erwin mengangkat Abdullah dari air dan membawanya pulang ke rumah.
Akibat kejadian tersebut Abdullah mengalami luka-luka memar di bagian paha sebelah kanan dan tulang tangan sebelah kiri retak. Sementara itu kronologis penangkapan buaya dimulai sejak, Sabtu (1/8), oleh pawang buaya dari Desa Bukit Layang.
Pawang buaya bernama Tarip dan tokoh adat dari Desa Kayubesi, Ademi menangkap dengan cara memasang pancing. Beberapa pancing terpasang di Lubuk Angkop aliran Sungai Kayubesi.
Lima ekor binatang jenis monyet dan tupai jadi umpan, sementara alat tangkap pancing berupa rotan sebagai pengganti kayu pancing. Pancing kemudian mulai diketahui dimakan buaya pukul 16.00 WIB.
Setelah dipastikan buaya terkena pancing, pawang buaya mengikat kuat dengan menggunakan tali dan mengangkut buaya menggunakan mobil ke lapangan futsal Desa Kayubesi.
Kontan saja informasi menyebar ke warga yang kemudian membuat buaya tersebut jadi tontonan warga. Untuk menjaga ketertiban pihak kepolisian ikut memonitor proses evakuasi buaya dan mengimbau warga berhati-hati saat aktivitas di Sungai Kayubesi.
"Dalam tujuh hari ke depan buayanya bila mati dan dikubur terpisah antara kepala dan badannya. Penguburannya berlokasi di pinggir sungai, dengan ritual khusus. Biasanya begitu," katanya. (trh/zul)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: