Lupa Lian Hua
Tiga distrik di satu kabupaten Putian itu (Xianyou, Fuqing dan Putian) punya bahasa lokal sendiri-sendiri. Yang saling tidak bisa mengerti. Begitu banyak bahasa di satu provinsi Fujian ini. Hanya saja tulisannya sama. Bunyi bacaannya yang tidak sama.
Di Surabaya suku Xianyou sama banyak dengan suku Putian dan Fujing. Tiga suku inilah yang kalau digabung, menjadi mayoritas di masyarakat Tionghoa di Surabaya.
Saya tidak hanya berteman dengan Wie Kiong, tapi juga dengan adik-adiknya. Ia tujuh bersaudara, 5 laki-laki 2 perempuan. Yang laki-laki, lima orang itu, semua bekerja bersama-sama di pabrik sepatu milik keluarga. Itu pabrik warisan ayah mereka. Sedang yang wanita ikut suami. Salah satu suami itu juga teman baik saya: punya pabrik baja.
Suatu hari Wie Kiong merasa tidak sehat. Badannya panas. Ia ke dokter. Diberi Panadol. Panas pun reda.
Beberapa hari kemudian badannya panas lagi. Ke dokter lagi. Diberi Panadol lagi. Panasnya pun reda lagi.
Begitulah. Setiap badannya panas ia cari Panadol. Lian hua kan obat Covid-19. Bukan obat untuk panas. Begitulah yang hidup di benaknya.
Sampai di situ ia tidak curiga tertular Covid-19. Karena itu ia juga tidak berinisiatif tes Covid-19.
Tahu-tahu sudah parah. Barulah Wie Kiong masuk rumah sakit. Meninggal dunia. Di rumah sakit itulah baru diketahui Wie Kiong positif.
Saya memang mendapat kiriman banyak WA tentang orang yang meninggal itu. Tapi nama yang meninggal itu Suwiro Widjojo. Baru belakangan saya tahu kalau Suwiro itu nama resmi Wie Kiong.
Para pengusaha Surabaya pun heboh. Wie Kiong orang yang sangat terpandang. Ia juga aktif di yayasan sosial yang dibentuk oleh paguyuban suku Xianyou.
Lebih heboh lagi keesokan harinya. Yakni ketika beredar WA yang isinya serem: Kakak Wie Kiong juga meninggal. Demikian juga 8 orang yang ikut rapat Yayasan Xianyou itu. Mereka memang baru saja kumpul-kumpul. Sambil makan-makan.
Dan nyanyi-nanyi. Keluarga ini memang punya resto-cafe yang terkenal di G-Walk Citraland. Di Surabaya Barat. Salah satu putri mereka disekolahkan khusus ke Prancis sebelum membuka resto itu. Saya sering diminta mencoba masakan baru di situ. Sebelum ada Covid-19.
Saya tidak terpancing WA yang serem-serem itu. Saya hubungi ketua Yayasan Xianyou: Tjokro Saputra. Ia pemilik mall ITC-Mangga Dua di seberang Pasar Atom Surabaya. Setiap tahun Tjokro merelakan mall-nya untuk kejuaraan barongsai –saya adalah Ketua Umum FOBI sejak organisasi itu berdiri.
"Anda baik-baik saja?" tanya saya.
"Saya di Singapura. Sudah beberapa bulan saya di sini," jawab Tjokro.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: