Sejumlah Kota di Indonesia Terasa Lebih Dingin, BMKG: Pertanda Masuknya Musim Kemarau

Sejumlah Kota di Indonesia Terasa Lebih Dingin, BMKG: Pertanda Masuknya Musim Kemarau

Cuaca dingin yang dirasakan sejumlah warga di kota-kota di Indonesia ramai dibahas netizen tiga hari terakhir. Apalagi dalam beberapa hari terakhir sejumlah kota di Indonesia memang mengalami cuaca dingin yang berbeda. 

Kondisi ini banyak dibahas, karena Indonesia sejatinya sebagian besar wilayah di Tanah Air sudah mulai memasuki musim kemarau. Cuaca dingin di beberapa kota seperti Bandung bahkan mencapai 16 derajat.

Sedangkan di kota-kota yang selama ini identik dengan hawa panas, seperti Tegal, Surabaya, Jakarta, Semarang, Jogyakarta, hingga Bali juga terpantau dingin.

Cuaca dingin ini juga membuat tanaman di pegunungan Dieng Jawa Tengah diselimuti es. Beragam foto penampakkan tanaman berselimut es di Dieng juga menjadi sangat viral di berbagai media sosial. Bahkan pemerintah Banjarnegara menyebutkan cuaca di Dieng sempat menyentuh minus 3,5 derajat celcius.

Di Dieng, fenomena munculnya butiran es disebut sebagai embun upas. Embun upas biasanya memang muncul di Dieng ketika musim kemarau seperti saat ini.

Lantas apa yang menyebabkan suhu udara belakangan ini menjadi sangat dingin? Kenapa suhu sekarang dingin? Kenapa suhu dingin terjadi di beberapa kota seperti Surabaya, Bandung, Jakarta, Semarang, Yogyakarta bahkan Bali?

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal mengatakan, udara dingin yang terjadi pada malam hingga menjelang pagi merupakan pertanda masuknya musim kemarau.

"Sederhana saja melihatnya. Semakin cerah langit saat kemarau akan semakin dingin udara dirasakan pada malam dan menjelang pagi hari," kata Herizal.

Pada puncak kemarau, langit biasanya memang sangat cerah sehingga udara di permukaan bumipun akan semakin dingin. Dengan cerahnya langit, maka radiasi hangat Bumi yang terlepas ke angkasa tidak akan ada hambatan.

Radiasi Bumi akan secara maksimal lepas ke angkasa sehingga udarapun akan semakin dingin. "Waktu malam hari tidak ada radiasi dari Matahari padahal radiasi Bumi yang terlepas ke angkasan bisa maksimal," kata dia.

Hal yang sama diungkapkan prakirawan cuaca BMKG Nanda Alfuadi. Menurut dia, ada dua hal yang mempengaruhi udara dingin terjadi di beberapa daerah yakni terkait kandungan uap air di atmosfer serta pengaruh kecepatan angin.

Kandungan uap air di atmosfer yang cukup rendah di Indonesia bagian selatan dalam beberapa pekan terakhir menyebabkan radiasi gelombang panjang dari Bumi dan menghangatkan atmosfer Bumi lapisan bawah terlepas ke angkasa.

Hal inilah yang menyebabkan awan berkurang sehingga tidak ada hambatan bagi radiasi Bumi terlepas ke angkasa. "Atmosfer yang cukup kering ini diperkuat dengan kecepatan angin dari selatan Indonesia sehingga udara di Indonesia selatan terasa semakin dingin," kata dia.

Meski demikian, saat ini belum masuk puncak suhu dingin. "Diprakirakan suhu dingin puncak pada Agustus dan awal September. Kondisi ini akan terasa di Jawa, Bali, NTB dan NTT," kata dia. (ngopibareng/zul)

Sumber: