Pasien Positif Sudah 95.416 Orang, Jubir Satgas Covid-19 Wiku Adisasmito: Virus Ini Pintar dan Berbahaya
Adaptasi kebiasan baru (AKB) dengan penerapan protokol kesehatan harus dijadikan gaya hidup atau tren. Untuk itu diperlukan sebuah aturan hukum agar penerapan bisa berjalan.
Hal tersebut diutarakan Sosiolog Universitas Airlangga, Surabaya Bagong Suyanto. Dia mengatakan sosialisasi adaptasi kebiasaan baru di tengah pandemi COVID-19 harus menggunakan kombinasi aturan hukum dan pendekatan berbasis gaya hidup.
"Yang diinginkan pemerintah kan kebiasaan baru dilakukan bukan karena paksaan melainkan kesadaran dan tumbuh tanggung jawab di masyarakat," katanya, dalam acara talk show Satuan Tugas Penanganan COVID-19 melalui akun Youtube BNPB Indonesia, Jumat (24/7).
Dikatakannya, upaya yang telah dilakukan pemerintah sudah tepat, yaitu mengombinasikan aturan-aturan hukum dengan upaya pendekatan gaya hidup, dalam menyosialisasikan protokol kesehatan.
Selain itu, langkah Presiden Joko Widodo mengundang sejumlah selebriti dan pekerja seni ke Istana dalam rangka mengedukasi masyarakat juga sangat baik.
"Masing-masing kelompok masyarakat dan komunitas memerlukan pendekatan yang berbeda. Ada yang ketika pimpinan atau ulamanya berbicara A akan mengikuti. Kelompok anak muda, mungkin memerlukan pendekatan yang berbeda," tuturnya.
Terkait seberapa lama waktu yang dibutuhkan membangun kebiasaan baru, Bagong mengatakan tergantung pendekatan. Dengan pendekatan yang tepat, pasti akan lebih cepat terlaksana.
"Orang bisa berubah hanya dalam beberapa jam. Orang yang baru menonton film 'Rambo' selama dua jam, jadi ingin berkelahi. Anak muda yang menonton film 'Ada Apa Dengan Cinta?', jadi ikut-ikutan membaca buku filsafat seperti karakter Rangga. Kalau pendekatannya tepat, dampaknya akan lebih cepat," katanya.
Menurutnya, idiom-idiom yang berbeda antara kelompok satu dengan kelompok lainnya, antara komunitas satu dengan komunitas lainnya, harus dikonstruksikan menjadi sebuah gaya hidup baru.
"Agar orang-orang mau mengikuti secara sukarela," ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, budayawan dan pegiat Teater Koma Sari Madjid menilai AKB sudah terlihat menjadi gaya hidup baru. "Kita sudah melihat itu terjadi. Masker misalnya, saat ini sudah menjadi bagian dari fashion dan tren di masyarakat," katanya.
Dia mencontohkan, saat Lebaran lalu, orang-orang mulai memadupadankan masker dengan busana yang akan dikenakan saat bersilaturahmi.
Begitu pula dalam kehidupan sehari-hari, kini orang-orang mulai memadupadankan masker, warna botol hand sanitizer, hingga wadah tisu basah yang senada dengan busana yang sedang dipakai.
"Di kalangan seniman juga sudah terjadi. Seniman sudah mulai bergaya dengan maskernya. Itu sudah mulai masuk dalam proses adaptasi kebiasaan baru," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: